Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa perang Israel dan pasukan Hamas di Gaza, Palestina bakal berlangsung lebih lama.
Jokowi juga mengungkapkan alasannya jarang absen untuk menghadiri konferensi dan pertemuan di tingkat internasional, yakni untuk mengetahui situasi global secara langsung dari kepala-kepala negara.
Hal ini disampaikannya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023 di Graha Bhasvara Icchana Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (29/11/2023).
“Banyak fenomena isu domestik Negara yang berdampak ke global. Amerika Serikat inflasi dan suku bunga yang tinggi. China perlambatan ekonomi dan krisis properti. Peningkatan tensi geopolitik yang semua dadakan semuanya, perang Ukraina enggak ada hujan enggak ada angin tahu-tahu perang. Gaza enggak ada hujan enggak ada angin tahu-tahu perang,” tuturnya dalam forum tersebut.
Dia menyebutkan melalui konferensi internasional, Jokowi ingin mendengar dan melihat dampak signifikan yang dapat terjadi akibat situasi global yang tak menentu, khususnya terhadap perekonomian, sektor energi, hingga krisis pangan.
Orang nomor satu di Indonesia itu pun mengaku dalam 2 minggu, dirinya melakukan kunjungan kerja ke Arab Saudi hingga dua kali. Adapun, besok Jokowi memang dijadwalkan akan menghadiri Konferensi para pihak konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (Conference of the Parties 28, COP-28) di Dubai.
Baca Juga
Alhasil, dia pun menyimpulkan melalui setiap konferensi internasional yang dihadirinya terangkum bahwa perang belum dapat dihentikan dalam waktu dekat yang tentunya berdampak terhadap berbagai sendi dan lini kehidupan.
Oleh sebab itu, Jokowi mengajak agar dampak dari perang dapat segera diantisipasi secara bersama-sama.
“Karena kalau sudah yang namanya perang ini ganggunya ke mana-mana, gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi semuanya akan terdampak semuanya,” imbuhnya.
Tak habis soal perang, Jokowi melanjutkan dunia juga diterpa tantangan dari perubahan iklim. Apalagi, pemanasan global sangat berdampak terhadap produksi pangan di berbagai negara.
Dia menjabarkan bahwa sebanyak 22 Negara membatasi ekspor pangan secara mendadak untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan komoditas dari masing-masing negara.
“Dadakan lagi ini, dulu yang namanya impor beras semua negara menawarkan. ‘Saya punya stok’, ‘saya punya stok’, sekarang 22 negara stop ekspor dan membatasi ekspor pangan,” pungkas Jokowi.