isnis.com, JAKARTA - Pembangunan pabrik pupuk urea di Fakfak, Papua Barat, dinilai dapat menekan disparitas harga yang selama ini terjadi dengan di Pulau Jawa.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira membeberkan selama ini kebutuhan pupuk di Papua masih bergantung pada pasokan dari Jawa dan hub di Sulawesi.
"Banyak sentra produksi pertanian di Papua membutuhkan suplai pupuk dengan harga yang terjangkau. Jadi kalau mereka memiliki pabrik pupuk sendiri ya setidaknya bisa menyuplai untuk kebutuhan domestik itu hal yang sangat positif," ujar Bhima saat dihubungi, Jumat (24/11/2023).
Selain itu, proyek tersebut bisa memembuat potensi ekspor pupuk urea Indonesia meningkat. Terutama ekspor ke negara-negara pasifik, seperti Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.
Keberadaan pabrik pupuk di Papua berpeluang terhadap negara-negara tersebut untuk mengimpor pupuk dengan biaya logistik yang lebih murah.
Bhima menegaskan bahwa adanya sentra produksi pupuk di Papua juga perlu diiringi dengan kepastian distribusi yang cepat dan lancar untuk memenuhi kebutuhan petani di Papua.
Baca Juga
Pasalnya, pupuk dianggap menjadi hal penting untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang ada di Papua.
"Jadi konstruksi pembangunan pabriknya bisa cepat dan distribusinya cepat sehingga petani di Papua bisa merasakan manfaat langsung dari kehadiran pabrik pupuk tadi," jelasnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Kamis (23/11/2023), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan proyek kawasan industri pupuk di Fakfak, Papua Barat. Pabrik pupuk tersebut dibangun oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN).
Jokowi mengatakan, bahwa pemerintah telah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan global, salah satunya lewat proyek pabrik pupuk di Papua Barat. Dia mengklaim bahwa pembangunan kawasan industri pupuk di Papua Barat dapat meningkatkan produktivitas tanaman, seperti padi, tebu dan jagung.
Adapun pabrik pupuk di Papua Barat itu nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton per tahun dan 825.000 ton amonia per tahun. Nilai investasi proyek tersebut mencapai lebih dari US$1 miliar atau setara dengan Rp15,5 triliun.
Pupuk Kaltim menargetkan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak akan rampung dalam waktu 5 tahun ke depan. Keberadaan pabrik pupuk tersebut diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan Indonesia dengan penyediaan 4,5 - 5 juta ton atau 70-80 % kebutuhan pupuk urea nasional. Hal ini sejalan dengan prediksi kebutuhan urea pada 2030 yang diperkirakan mencapai 6-7 juta ton.