Bisnis.com, JAKARTA - Vice President Director dan Group CEO PT Indika Energy Tbk. (INDY) Azis Armand mewanti-wanti agar industri batu bara untuk menyiapkan strategi dalam mengantisipasi dampak berakhirnya fase supercycle komoditas batu bara.
Azis mengatakan, pasca-Covid 19, harga batu bara yang sebelumnya melambung tinggi kini beranjak menuju ke level normal, yakni di rentang US$70-US$90 per ton.
"Harga batu bara sedang menuju ke arah long term price, akan kembali antara US$70-US$90, tapi biaya produksi meningkat. Ini yang harus disikapi untuk jangka pendek," ujar Azis dalam Bisnis Indonesia Business Challenges 2024, Kamis (23/11/2023).
Di sisi lain, Azis juga mewanti-wanti agar perusahaan batu bara mulai menyiapkan diri dalam menghadapi gerakan transisi energi global. Dalam beberapa tahun ke depan, semua akan beralih menuju bisnis energi terbarukan, lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Negara-negara importir batu bara juga tengah gencar mengembangkan bisnis pembangkit listrik tenaga surya. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi industri batu bara dalam negeri.
"Contoh, solar panel di China dan India growth-nya luar biasa. Mereka memang masih butuh batu bara 5-10 tahun, tapi kalau kita lihat perkembangannya [energi baru terbarukan] luar biasa," kata Azis.
Baca Juga
Azis menuturkan bahwa untuk transisi energi ini membutuhkan waktu dan kesiapan. Menurutnya, strategi menghadapi transisi energi harus sudah mulai disiapkan secara matang dan tidak dianggap sebelah mata.
Adapun, INDY secara perlahan telah mengurangi portofolio bisnis batu baranya untuk mendukung pencapaian net zero emission pada 2050 atau lebih cepat.
Azis mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menjalankan seluruh kegiatan bisnis berkelanjutan yang menghasilkan emisi rendah karbon.
Selain itu, untuk menciptakan stabilitas bisnis di tengah tren transisi energi, dalam jangka pendek perseroan menargetkan kontribusi pendapatan dari bisnis nonbatu bara mencapai 50% terhadap total pendapatan perseroan pada 2025.
“Jadi seperti di bursa saham kalo mau portofolio pun harus balancing, yakni kita secara intermediate targetnya 50%-50% dari sesi revenue dari kegiatan kita,” ujar Azis dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2024, Kamis (23/11/2023).