Bisnis.com, JAKARTA - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Sang Deok menekankan bahwa dukungan pemerintah Indonesia yang lebih aktif perlu dilakukan agar berbagai investasi berjalan tepat waktu dan lancar agar ekosistem kendaraan listrik (EV) Indonesia dibangun lebih baik
Hal tersebut diungkapkan Lee dalam Korea-Indonesia EV Partnership Forum pada Rabu (8/11/2023), walaupun sejumlah komitmen Indonesia pada tahap awal investasi sudah tercapai.
“Beberapa komitmen pemerintah Indonesia mengenai insentif dan perbaikan peraturan pada saat tahap awal investasi telah tercapai, namun demikian, masih cukup banyak kesulitan untuk perusahaan-perusahaan korea melanjutkan investasi dengan risiko besar ini,” jelas Lee di Grand Sheraton Jakarta Gandaria City Hotel, Rabu (8/11).
Dalam pidato pembukaannya, melihat kembali lingkungan, situasi politik dan ekonomi global terkait pasar kendaraan listrik atau EV, Lee menuturkan bahwa investasi perusahaan-perusahaan Korea dalam pembangunan ekosistem EV di Indonesia memiliki risiko yang cukup besar.
Namun, perusahaan-perusahaan Korea tetap berani untuk berinvestasi, karena percaya pada upaya pemerintah untuk menarik investasi. Contohnya, pemberian insentif dan komitmen untuk meningkatkan sistem dan lainnya, hingga saat kini investasi masih berlanjut
Terkait Grand Package Project, negosiasi antara perusahaan-perusahaan Korea dan pemerintah Indonesia, yang melibatkan industri hulu hingga hilir, yakni dari pengembangan pertambangan, smelter nikel, hingga produksi prekursor, anoda dan katoda baterai EV sudah mendekati tahap akhir.
Baca Juga
Namun, para perusahaan Korea sering mengalami hambatan dalam pemasukan bahan mentah untuk produksi, lantaran adanya pembatasan impor dan Korea.
“Saya meminta pemerintah Indonesia lebih memperhatikan suara dari para pelaku usaha, dan jika suara tersebut beralasan, saya berharap pemerintah Indonesia dapat melakukan upaya aktif untuk menyelesaikan kesulitan tersebut dengan cepat,” tuturnya.
Lanjutnya, Lee mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini banyak perusahaan Korea sedang dan telah memasuki pasar Indonesia. Sambil memikirkan risiko untuk masuk ke pasar baru, mereka juga memperhatikan bagaimana pemerintah Indonesia mendukung perusahaan Korea dan kerjasama yang dibangun.
Menimbang hal tersebut, Lee menilai bahwa hubungan kerjasama dalam pasar EV tersebut pasti akan berdampak pada investasi di industri dan lainnya.
“Jika seluruh kerjasama tersebut berjalan dengan lancar, Indonesia bisa menjadi titik kunci bagi perusahaan Korea untuk memasuki pasar EV Asean, dan Indonesia juga berpeluang emas menjadi pusat EV di Asean,” jelasnya.
Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Gigih Udi Atmo yang juga hadir acara tersebut, menuturkan bahwa sebelum acara dimulai keduanya telah melakukan diskusi bersama.
Ia pun mengungkapkan bahwa pihaknya telah memahami pesan dari Lee, agar dapat terus bekerja bersama-sama untuk mendukung percepatan ekosistem EV di Indonesia.
“Kalau ada kendala, ada isu, kita bisa cari solusi secepat mungkin yang menguntungkan kedua belah pihak, pemerintah dan juga dukungan dari sektor swasta,” ungkap Gigih.