Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2023 sebesar 4,94% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang sebesar 5,17% yoy.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa perekonomian pada kuartal III/2023 secara musiman memang lebih lambat jika dibandingkan dengan kuartal kedua pada tahun berjalan.
“Ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 tumbuh 1,60% qtq, sejalan dengan pola di tahun-tahun sebelumnya, di mana ekonomi di kuartal III selalu lebih rendah dari kuartal II, kecuali tahun 2020 saat terjadi pandemi Covid-19,” katanya dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).
Secara kuartalan, ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 juga tumbuh melambat, yaitu sebesar 1,60% (quarter-to-quarter/qtq), dari 3,86% qtq pada kuartal II/2023.
Namun, Amalia mengatakan perekonomian Indonesia pada periode laporan tetap tumbuh positif meski melambat. Berikut 5 fakta di balik ekonomi RI kuartal III/2023 tak sampai 5%.
5 Fakta di Balik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal III/2023
1. Penopang Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan lapangan usaha, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh sektor industri pengolahan, dengan kontribusi sebesar 1,06% terhadap capaian pertumbuhan ekonomi kuartal III/2023 sebesar 4,94% yoy.
Baca Juga
Sektor industri pengolahan pada kuartal III/2023 tercatat sebesar 5,20% yoy, ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik.
"Industri pengolahan tumbuh sebesar 5,20%, di atas pertumbuhan ekonomi,” kata Amalia.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan tertinggi tercatat di Maluku Utara, yaitu sebesar 51,02% yoy, serta di Maluku sebesar 30,42% yoy, dan di Sulawesi Tengah 27,99% yoy.
Berdasarkan komponen pengeluaran, konsumsi rumah tangga yang tercatat tumbuh 5,06% yoy masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi.
Amalia mengatakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tinggi terjadi pada transportasi dan komunikasi, tercermin dari peningkatan penjualan sepeda motor dan penumpang angkutan rel, laut, dan udara; serta restoran dan hotel, tercermin dari peningkatan tingkat penghunian kamar hotel.
Kontribusi dari kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 2,63% terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal III/2023 4,94% yoy.
2. Pertumbuhan Ekspansif Kawasan Timur
Seluruh wilayah di Indonesia pada kuartal III/2023 mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat, kecuali 2 provinsi di kawasan timur.
Amalia mengatakan wilayah Maluku & Papua mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 9,25% secara tahunan.
“Pertumbuhan ekonomi tetap tumbuh meski terlambat di beberapa pulau kecuali Maluku dan Papua. Maluku dan Papua secara agregat menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang menguat, bahkan yang tertinggi dibandingkan wilayah lain pada kuartal/2023,” katanya.
Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Papua terutama ditopang oleh sektor pertambagan dan pengalian, perdagangan, serta konstruksi.
Meski demikian, imbuhnya, kontribusi pertumbuhan ekonomi Maluku dan Papua terhadap nasional masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 2,59%.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi nasional masih ditopang oleh Pulau Jawa dan Sumatera, yang masing-masingnya dengan kontribusi sebesar 57,12% dan 22,16%.
Pulau Jawa mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,83 persen, ditopang oleh pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dengan sektor penopang utamanya informasi & komunikasi, perdagangan, juga akomodasi makan & minum.
Pulau Sumatera pada kuartal III/2023 mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,50% yoy, dengan penopangnya dari Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan, dengan sektornya perdagangan, konstruksi, serta pertanian kehutanan dan perikanan.
Lebih lanjut, Amalia mengatakan bahwa Pulau Kalimantan tumbuh sebesar 4,83% yoy pada kuartal III/2023, sumber utama pertumbuhan dikontribusikan oleh Kalimantan Timur, yang berasal dari sektor industri pengolahan, konstruksi, juga pertambangan dan penggalian.
Pulau Sulawesi mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,44%, dikontribusikan oleh Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, dengan sumber pertumbuhan utamanya berasal dari industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan.
Adapun, pertumbuhan ekonomi kawasan Bali Nusa Tenggara mencapai 3,43%, dengan sumber pertumbuhan utamanya adalah dari Bali yang berasal dari sektor akomodasi makan & minum, transportasi, pergudangan, dan jasa keuangan. Perkembangan ini kata Amalia seiring dengan pulihnya sektor pariwisata di kawasan tersebut.
3. Pertumbuhan Lebih Tinggi dari Negara Mitra Dagang
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah terus mengantisipasi berbagai risiko yang akibat ketidakpastian global, termasuk konflik di Timur Tengah.
Selain itu, menurutnya, ekonomi Indonesia juga dihadapkan dengan risiko perubahan iklim, terutama El Nino.
Meski melambat, Airlangga mengatakan bahwa ekonomi Indonesia lebih baik dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, bahkan Amerika Serikat (AS), dan China.
“Kami lihat Indonesia salah satu negara yang tumbuh kuat. Pertumbuhan ekonomi kita lebih tinggi dibandingkan dari negara lain termasuk China, Malaysia, AS, bahkan Singapura,” katanya dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).
Airlangga mengatakan kuatnya konsumsi domestik Indonesia terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen yang positif di angka 121,7 per September 2023.
Sementara sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga jadi kontributor tertinggi sebesar 52,26%, sejalan dengan laju inflasi terkendali. Untuk pertumbuhan PMTB juga berkontribusi sebesar 29,68%, termasuk komponen barang modal bangunan yang menggerakkan sektor konstruksi.
“Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi kita tumbuh 4,94% yoy atau 5,05% setahun. Ditopang solidnya konsumsi domestik yang dicerminkan dari konsumsi rumah tangga dan PMTB,” tuturnya.