4. Anomali Konsumsi Rumah Tangga
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan realisasi kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga atau masyarakat pada kuartal III/2023 lebih rendah dari ekspektasinya.
“Kalau kami bandingkan dengan outlook, untuk konsumsi memang relatif lebih rendah dari yang kami ekspektasi,” ujarnya.
Realisasi belanja masyarakat yang lebih rendah ini menurutnya menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah. Pasalnya, konsumsi rumah tangga menjadi salah satu penentu karena sebagai kontributor terbesar dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Distribusinya pun ikut menurun, di mana kuartal II/2023 menyumbang 53,31% terhadap PDB, sementara pada kuartal III/2023 sebesar 52,62%.
Padahal, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juli, Agustus, dan September terus menunjukkan optimisme konsumen dengan nilai lebih dari 100.
“Jadi kami melihat consumer confidence tinggi namun dampaknya terhadap konsumsi itu ternyata tidak setinggi yang kami harapkan. Kami harus lihat pengaruhnya apakah psikologis terkait El Nino harga beras naik,” jelasnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Sri Mulyani menyoroti investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal III/2023 mencatatkan capaian yang cukup tinggi.
PMTB berhasil tumbuh 5,77% (yoy), setelah pada kuartal sebelumnya hanya tumbuh 4,63%. Utamanya, hal ini didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan, kendaraan, CBR, serta Produk Kekayaan Intelektual.
“Yang bagus dari kuartal III/2023 ini PMTB meningkat cukup tinggi, lebih dari yang kami bayangkan di 5,7%. Terbukti ke industri manufaktur. Ini masih positive story,” tuturnya.
5. Antisipasi Pelemahan melalui Paket Kebijakan
Pemerintah menyiapkan paket kebijakan yang dinilai dapat mendorong daya beli masyarakat, guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di sisa 2023 dan di 2024.
Sri Mulyani memperkirakan, akan ada potensi pelemahan ekonomi Indonesia pada akhir 2023 atau secara keseluruhan tahun melemah menuju angka 4,99% (year-on-year/yoy), tanpa adanya paket kebijakan ekonomi.
Dia menjelaskan bahwa pelemahan tersebut akibat banyaknya ketidakpastian domestik dan global yang berdampak pada ekonomi Indonesia.
Melalui paket kebijakan mulai dari insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) untuk sektor perumahan, bantuan langsung tunai (BLT), dan bantuan pangan, diharapkan dapat mengerek perekonomian Tanah Air pada kuartal terakhir tahun ini.
Paket yang dijalankan mulai November ini diharapkan dapat menjaga ekonomi Indonesia untuk dapat tumbuh sebesar 5,01% pada kuartal IV/2023. Lebih rendah dari outlook pemerintah di level 5,06%.
“Dengan banyaknya ketidakpastian itu bisa melemah ke 4,81 persen. Dengan adanya paket ini, kita berharap bisa menambah 0,2 persen additional growth sehingga kita harapkan di kuartal empat pertumbuhan ekonomi bisa tetap dijaga di 5,01%,” jelasnya.
Dengan demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa untuk keseluruhan tahun 2023 ekonomi diharapkan dapat terjaga di atas 5%, tepatnya 5,04%.
“Karena kalau tidak, mungkin dengan kuartal III/2023 sekarang di 4,94% dan kalau kuartal IV/2023 nanti tidak diberikan dukungan, pertumbuhan ekonomi bisa saja turun ke 4,99% [2023],” tambahnya.