Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merger Citilink dan Pelita Air, Gabung InJourney Dinilai Lebih Baik

Pemerhati penerbangan menilai Citilink dan Pelita Air lebih baik bergabung dengan InJourney alih-alih melakukan merger maskapai.
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soejatman angkat bicara terkait dengan rencana integrasi Citilink dan Pelita Air ke Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, InJourney.

Gerry menjelaskan, masuknya maskapai-maskapai pelat merah menjadi subholding InJourney bukan merupakan rencana baru. Hal tersebut merupakan rencana awal sebelum munculnya wacana merger antara Citilink dan Pelita Air.

Menurutnya, masuknya maskapai-maskapai BUMN ke dalam InJourney merupakan hal yang positif jika integrasi tersebut hanya di level bisnis. Menurutnya, koordinasi kegiatan bisnis antar BUMN untuk sektor pariwisata akan berdampak baik dalam pengembangan area-area destinasi baru.

Di sisi lain, Gerry mengatakan proses integrasi ini akan berdampak negatif jika skema integrasi tersebut menjadikan maskapai-maskapai pelat merah sebagai “anak perusahaan” InJourney. Gerry mengatakan, sektor pasar non-wisata berpotensi tidak tergali dengan maksimal jika nantinya InJourney hanya memfokuskan ketiga maskapai BUMN itu di segmen wisata.

“Jika maskapai-maskapai BUMN tersebut dijadikan anak perusahaan InJourney dan hanya berfokus di pasar wisata, ini berpotensi menjadi malapetaka bagi mereka. Menurut saya, integrasi kegiatan bisnis [di bawah InJourney] itu bagus, tetapi integrasi kepemilikan bisnis lain cerita,” kata Gerry pada Senin (6/11/2023).

Dia menyebut, dibandingkan menjadi subholding dibawah InJourney, maskapai BUMN dapat melakukan perjanjian interline atau melakukan operasi gabungan atau codeshare. Menurut Gerry, skema ini memungkinkan ketiga maskapai saling berkolaborasi serta memperdalam spesialisasi pasar masing-masing.

Di sisi lain, Gerry juga mengatakan Garuda Indonesia Group telah menjalin kerja sama dengan Air Asia. Kerja sama tersebut mencakup perjanjian interlining Citilink dengan Air Asia dan di sektor kargo antara GA Cargo dan Teleport.

“Jika sudah ada hal semacam ini, kemudian posisi InJourney bagaimana,” tambahnya.

Sebelumnya, CEO Citilink Indonesia Dewa Rai menjelaskan skema merger tersebut kemungkinan akan berubah. Kini Kementerian BUMN berencana memasukkan maskapai-maskapai pelat merah menjadi subholding pada holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, yakni InJourney.

Menurutnya, bakal ada kemungkinan perubahan kebijakan setelah terjadi pembicaraan yang cukup serius di para pemangku kepentingan.

"Saya tidak dapat memastikan, tetapi kemungkinannya merger itu tidak jadi," ujar Dewa dalam acara CEO Talks INACA, Kamis (2/11/2023).

Dia mengatakan, Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air direncanakan masuk pada subholding aviasi di bawah manajemen InJourney. Adapun, proses masuknya maskapai-maskapai pelat merah ini ditargetkan rampung pada akhir 2023 hingga kuartal I/2024.

Dia menjelaskan, saat ini Kementerian BUMN dan pihak terkait lainnya tengah mengkaji fundamental bisnis maskapai-maskapai tersebut sebelum diintegrasikan ke InJourney.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper