Bisnis.com, Pekanbaru – PT Musim Mas meneliti bibit tanam untuk mendukung peningkatan produktivitas dan mutu perkebunan kelapa sawit. Keberadaan benih tidak bermutu berdampak pada penurunan produktivitas sampai 50%.
Senior Manager Plant Breeder PT Musim Mas Ip Wai Meng, menjelaskan penelitian divisi Genetic and Agriculture Research Centre (G&A Research Center) berawal dari bibit hasil persilangan antara tetua Dura dan Pisifera yang akan menghasilkan varietas DxP hibrida atau yang dikenal dengan Tenera pada 2010.
Selanjutnya, seleksi bibit betina dan jantan untuk dibuat persilangan dengan jumlah 680 pohon pada 2014. “Setelah itu kami amati selama 4 tahun," ujarnya, di sela kunjungan perkebunan Musim Mas, Sorek - Riau, Kamis (2/11/2023).
Empat varietas kelapa sawit baru yang dikembangkan tim Genetic Research Centre, yaitu kelapa sawit hybrid DxP Musim Mas GS1, DxP Musim Mas GS2, DxP Musim Mas GS3, dan DxP Musim Mas GS4.
Semua varietas bibit telah mendapatkan persetujuan untuk dilepas. Persetujuan ini dikeluarkan oleh Tim Penilai Varietas (TPV) Tanaman Perkebunan dalam Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Perkebunan Semester II 2023.
"Setelah kami bandingkan dengan varietas lain, hasilnya varietas baru ini bisa menghasilkan tandan buah segar [TBS] lebih tinggi 20%-30%, dan lebih cepat menemui masa panen sekitar 24-25 bulan setelah ditanam. Bibit ini juga sudah siap digunakan secara komersial," ujar Meng.
Baca Juga
Keempat varietas baru ini berpotensi mencapai TBS rata-rata 4 tahun panen pertama yaitu lebih dari 28,00 ton per hektare (Ha)/tahun dan total minyak 8,80 ton per Ha/tahun. Setelah tahun keempat, potensi produksi rata-rata TBS bisa melebihi 34,00 ton per Ha/tahun dan total minyak 10,40 ton per Ha/tahun.
Selain itu, keunggulan lain varietas seri ini adalah tanamannya sudah mulai berproduksi pada usia tanam 25 bulan (secara umum 30 bulan).
Keempat varietas ini juga telah diuji di beberapa lokasi di Indonesia yang memiliki kondisi tanah dan curah hujan yang berbeda, dengan hasil yang memuaskan.
“Ke empat varietas ini juga sudah diuji di beberapa lokasi di Indonesia yang memiliki kondisi tanah dan curah hujan yang berbeda, dengan hasil yang memuaskan,” ujar Director of Strategy & Planning di Grup Musim Mas, TK Lim.
Disisi lain, produksi minyak kelapa sawit Indonesia yang cenderung stagnan berisiko terhadap stok dan kinerja perdagangan komoditas strategis di masa mendatang.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, mengatakan Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar dunia justru mengalami stagnasi dalam hal produksi.
Data yang dihimpun Gapki dalam 5 tahun terakhir sejak 2018 mencatat rata-rata produksi minyak sawit termasuk di dalamnya CPO dan CPKO di kisaran 50,6 juta ton per tahun.
"Stagnasi produksi dalam beberapa tahun terakhir akibat lambatnya kemajuan dalam penanaman kembali [replanting] oleh petani kecil," kata Eddy saat membuka Indonesia Palm Oil Conference di Badung Bali, Kamis (2/11/2023).