Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meminta kejelasan ihwal investasi Rosneft Singapore Pte Ltd. untuk megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban kepada Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva.
Arifin menuturkan, keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) dari perusahaan migas Rusia itu masih sulit dipegang hingga saat ini. Apalagi, rekanan Pertamina untuk proyek GRR Tuban itu mendapat sanksi akibat perang di Ukraina.
“Saya bicara dengan Dubes Rusia untuk komunikasi, Rosneft itu mampu nggak? Masih bisa nggak? kalau enggak kita cari penggantinya begitu,” kata Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengajukan opsi penambahan mitra kerja strategis baru untuk percepatan GRR Tuban kepada rekanan bisnis mereka, Rosneft Singapore Pte Ltd.
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, pengajuan mitra baru itu dilakukan seiring dengan dampak sanksi dunia barat yang menghambat penyelesaian keputusan akhir investasi salah satu proyek strategis nasional (PSN) tersebut.
“Kami sudah sampaikan ke pihak mereka, apakah kami harus ambil partner lain untuk balance, sudah kami komunikasikan. Kami kan mesti kasih tahu juga ke pihak Rosfneft bahwa karena konflik Ukraina ada implikasi itu,” kata Taufik saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Kamis (27/7/2023).
Baca Juga
Dia menuturkan, pengajuan itu sudah disampaikan direksi KPI kepada Rosneft lewat video conference awal tahun ini. Taufik berpendapat penambahan mitra baru mesti dilakukan untuk mengimbangi sanksi yang saat ini diterima Rosneft.
Hingga saat ini, Rosneft Singapore Pte Ltd belum kunjung menyetujui penyertaan modal untuk pengembangan proyek atau site development lantaran belum diperolehnya keputusan akhir investasi dari GRR Tuban.
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belakangan menagih kepastian investasi itu dapat dibuat pada Juni tahun ini setelah beberapa kali pengunduran.
Hanya saja, Taufik mengatakan, FID GRR Tuban ditarget rampung pada triwulan pertama 2024. Dia menegaskan diskusi lebih lanjut soal FID untuk rencana esekusi proyek masih tetap berlanjut bersama dengan Rosneft di tengah risiko sanksi saat ini.
“Kami sekarang masih tahap prakualifikasi lelang untuk mendapatkan harga dari pasar seperti apa untuk engineering, procurement and construction (EPC)-nya ya, kan itu ada delapan paket,” kata dia.
Nantinya, hasil FID itu bakal menjadi penentuan dari nasib salah satu proyek strategis senilai US$13,5 miliar atausetara dengan Rp205,05 triliun tersebut. Adapun, kilang ini bakal memproduksi 300.000 barel minyak per hari (bph) dengan kualitas produk EURO 5.
“Belum ada keputusan hitam putih, mereka [Rosfneft] masih punya waktu sampai joint venture, targetnya di FID,” kata dia.