Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa program hilirisasi menjadi strategi pemerintah untuk mendongkrak pendapatan per kapita Indonesia melonjak menjadi US$10.000 dalam kurun 10 tahun.
Orang nomor satu di Indonesia itu mengatakan pemerintah tak akan melakukan program hilirisasi secara terbatas pada komoditas mineral saja, tetapi ke depan pengolahan produk kelautan seperti rumput laut akan menjadi target selanjutnya.
Oleh karena itu dia berencana membuat satu pilot project pada satu lokasi terkait hilirisasi rumput laut, yang nantinya bisa ditiru wilayah lain.
"Sekarang mungkin yang ramai ke depan yang akan kita ramaikan rumput laut. Ini bisa mendongkrak [pendapatan per kapita]. Perkiraan US$ 9.600 atau lebih sedikit. Dalam 15 tahun ke depan mungkin kita sudah mencapai kurang lebih US$13.600-US$ 14.000 [PDB per Kapita] dan 20 tahun bisa US$ 21.000,” katanya di Kawasan IKN, Kamis (2/11/2023).
Hilirisasi rumput laut, kata Jokowi memiliki ragam barang setengah jadi hingga bahan jadi yang bisa diolah menjadi produk farmasi, kecantikan, hingga bioethanol. Keunggulan ini perlu didorong mengingat Indonesia merupakan penghasil rumput laut nomor 2 di dunia.
Kepala Negara pun mengaku optimistis bahwa Indonesia sangat memungkinkan menjadi penghasil produk rumput laut terbesar pertama di dunia.
Baca Juga
Menurutnya, saat ini ada sekitar 10,2 juta ton rumput laut yang diekspor secara mentahan dan baru sekedar dijadikan tepung agar-agar. Jika diolah menjadi bioetanol maka menurut Jokowi akan membuat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada masyarakat.
Kendati demikian, dia mengaku saat tantangan eksternal yang sulit untuk diprediksi atau kalkulasi, seperti situasi global yang tak menentu mulai dari perubahan iklim membuat produksi menurun, kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan capital outflow, perang Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina.
Tak hanya itu, Jokowi menyebut bahwa di komoditas lainnya Indonesia bermimpi untuk memiliki satu produk yang masuk dalam global supply chain seperti baterai kendaraan listrik, atau unit kendaraan listrik. Namun hal itu tidak mudah, sebab tantangan pada hilirisasi mineral saat ini tidak mudah, seperti integrasi fasilitas barang yang telah diolah.
"Jadi, ke depan bagaimana mengintegrasikan yang banyak di Sulawesi dengan bauksit di barat, di Bintan, di Kalimantan Barat, mengintegrasikan lagi dengan tembaga di Papua, di NTB. yang paling efisien itu diletakan di mana kalau kita mau buat pabriknya?" ujarnya.
Dia mencontohkan seperti pembangunan smelter Freeport yang awalnya ingin ditempatkan di Papua, tetapi karena kurang efisien dipindahkan ke Gresik, Jawa Timur.
"Ini lah negara seluas ini mengintegrasikan itu barang sulit, mengkonsolidasikan adalah barang yang sulit," pungkas Jokowi.