Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas Dekati Smelter Freeport & Amman Soal Kargo LNG Belum Terkontrak

SKK Migas intens menjajaki potensi pembeli baru untuk gas alam cair atau liquified petroleum gas (LNG) yang belum terkontrak (uncommitted cargo).
Ilustrasi Kapal berbahan bakar gas alam cair (LNG) . Bloomberg/Geert Vanden Wijngaert.
Ilustrasi Kapal berbahan bakar gas alam cair (LNG) . Bloomberg/Geert Vanden Wijngaert.

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) intens menjajaki potensi pembeli baru untuk gas alam cair atau liquified petroleum gas (LNG) yang belum terkontrak (uncommitted cargo). 

Penjajakan pembeli gas cair itu belakangan makin intens dilakukan menyusul proyeksi naiknya uncommitted cargo selama 10 tahun ke depan. Neraca LNG dari Kementerian ESDM memperlihatkan uncommitted cargo bakal mencapai di level 304,6 kargo pada 2030 mendatang. 

Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi menuturkan lembagannya saat ini tengah menjajaki potensi pembeli baru di dalam negeri seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dan industri pupuk domestik.

Selain itu, kata Kurnia, lembagannya turut mendekati PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) terkait dengan kemungkinan untuk mengurangi kargo LNG yang belum terkontrak saat ini. Menurut Kurnia, kedua perusahaan tambang itu bakal menyerap kargo LNG cukup intensif lewat operasi smelter tembaga mulai pertengahan tahun depan. 

“Amman dan Freeport mesti kita cari ini untuk menuju kepada kontrak,” kata Kurnia saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (1/11/2023). 

Di sisi lain, Kurnia mengatakan, kemungkinan untuk lelang pada pasar spot juga tetap dilakukan saat ini untuk mengantisipasi kargo yang tetap tidak terkontrak dari potensi pembeli domestik hingga 2030 mendatang. 

Apalagi, kata dia, potensi tambahan uncommitted cargo signifikan nantinya bakal berasal dari target operasi komersial proyek LNG Abadi Blok Masela pada 2029 mendatang. 

Kendati demikian, beberapa pembeli potensial belakangan sudah menunjukkan ketertarikan untuk membeli LNG dari lapangan abadi tersebut. Saat ini, kata dia, sudah terdapat komitmen pembelian dengan kebutuhan mencapai 20 juta ton LNG per tahun (MTPA). 

Adapun, Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).  

Dia meyakini uncommitted cargo yang terlanjur lebar saat ini bakal terserap oleh pasar domestik maupun spot. Dia beralasan permintaan gas tengah bergairah di tengah momentum transisi energi saat ini.

“Marketnya kan masih sangat tinggi, belum lagi kalau kita sekarang bisa merencanakan kebutuhan dalam negeri untuk smelter itu kan sudah mulai, tinggal kapan selesai smelternya,” kata dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat potensi LNG) yang uncommitted cargo mencapai 304,6 kargo pada 2030. 

Proyeksi itu menjadi catatan kargo LNG yang tidak terbeli tertinggi seiring dengan tren meningkatnya produksi gas domestik beberapa tahun terakhir. 

“Kami tahu untuk pemenuhan dalam negeri dan luar negeri masih ada uncommited cargo cukup banyak kita akan lebih longgar setelah 2026 dan 2030 mencapai puncaknya,” kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji saat webinar DETalk, Selasa (31/10/2023). 

Pada tahun itu, produksi LNG berada di level 432,6 kargo. Sedangkan, kontrak LNG domestik dan ekspor tidak banyak bergeser masing-masing di level 62 kargo dan 66 kargo. 

Hitung-hitungan otoritas hulu migas itu terbilang tinggi jika dibandingkan dengan neraca LNG pada tahun depan. Saat itu, kargo LNG yang tidak terbeli hanya berada di kisaran 19,8 kargo, dengan asumsi produksi di angka 260,1 kargo.  

Adapun, kontrak LNG ekspor sepanjang 2024 berada di level tertinggi sebesar 173,4 kargo. Kontrak itu menjadi catatan tertinggi, dibarengi dengan kontrak domestik di level 67 kargo. 

Di sisi lain, Tutuka mengatakan, pemerintah terus meningkatkan serapan gas untuk kebutuhan industri di dalam negeri. Upaya itu belakangan terlihat dengan menurunnya kontrak LNG eskpor dan domestik selama satu dekade mendatang sampai 2035. Hanya saja pada saat itu, kargo LNG yang belum terkontrak tetap tertahan tinggi di level 227,6 kargo.  

Sebagai perbandingan, produksi LNG pada 2035 diperkirakan mencapai 262,6 kargo. Adapun, kontark LNG domestik tercatat sebesar 18 kargo dan untuk kontrak ekspor sebesar 17 kargo. 

 “Jadi kebutuhan nasional di angka 6.000-an MMscfd, kalau ada hilirisasi [serapan] akan naik ke atas, dan diharapkan hilirisasi akan meningkatkan daya saing industri nasional,” kata dia.  

Sampai dengan Agustus 2023, tercatat volume pemanfaatan gas bumi domestik mencapai 3.725 BBTUD. Nilai pemanfaatan cenderung meningkat sejak 2012 lalu.  

Sementara, total lifting gas bumi pada periode Januari sampai Agustus 2023 mencapai 5.446,90 BBTUD. Adapun, sebagian besar pemanfaatan gas bumi domestik digunakan oleh industri (28,52%), pupuk (12,62%), dan ketengalistrikan (12,22%). 

 Di sisi lain, porsi ekspor dari total pemanfaatan gas bumi nasional dialirkan untuk LNG (23,43%) dan gas pipa (8,18%). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper