Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2023 mengalami inflasi sebesar 0,24% secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan, inflasi pada periode tersebut diperkirakan sebesar 2,63% (year-on-year/yoy).
“Inflasi Oktober diperkirakan berkisar 0,24% mtm atau 2,63% yoy dari bulan sebelumnya yang tercatat 0,19% mtm atau 2,28% yoy,” katanya kepada Bisnis, Selasa (31/10/2023).
Josua mengatakan peningkatan inflasi bulanan akan dipengaruhi oleh seluruh komponen inflasi, baik inflasi inti, harga yang diatur pemerintah (administered prices), dan harga bergejolak (volatile food).
Dia memperkirakan inflasi inti pada Oktober 2023 akan mencapai 0,15% mtm atau 1,99% yoy. Kenaikan inflasi inti tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga emas dan pelemahan rupiah meski normalisasi dari kelompok pendidikan membatasi peningkatan inflasi inti.
Meski demikian, Josua mengatakan bahwa inflasi inti (core inflation) cenderung terjangkar, didukung oleh kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) untuk memitigasi imported inflation.
Sementara itu, pada kelompok harga bergejolak, diperkirakan pendorong utamanya adalah kenaikan harga komoditas pangan, diantaranya komoditas beras, cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam.
Baca Juga
“Di sisi lain, inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah didorong oleh penyesuaian harga BBM non subsidi pada awal Oktober 2023, mengikuti tren kenaikan harga minyak internasional,” kata Josua.
Dengan perkembangan hingga Oktober 2023, Josua memperkirakan tingkat inflasi akan berada pada tingkat di bawah 3% pada akhir tahun.