Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan penyebab pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir.
Dia mengatakan, tekanan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), besarnya defisit APBN dan situasi politik yang fluktuatif di negara itu, menyebabkan kenaikan suku bunga yang tinggi, hingga mencapai 5%.
Fenomena ini memicu terjadinya penarikan dolar AS dari seluruh dunia untuk diinvestasikan kembali ke negara tersebut. Akibatnya, indeks dolar AS mengalami penguatan dan menyebabkan pelemahan mata uang banyak negara.
Hal ini disampaikannya dalam Rapat Koordinasi Penjabat Kepala Daerah dalam rangka Pemantapan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pelayanan Publik serta Mengoptimalkan Implementasi Program Strategis Nasional, Senin (30/10/2023).
Selain AS, Sri Mulyani mengatakan bahwa tekanan yang besar juga terjadi di negara ekonomi terbesar lainnya, seperti China dan Uni Eropa, sehingga memberikan dampak kepada hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Meski demikian, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menegaskan bahwa situasi Indonesia masih relatif lebih baik jika dibandingkan negara lain.
Baca Juga
“Ini karena APBN bekerja luar biasa keras sebagai shock absorber, sehingga tekanan yang berasal dari luar bisa kita redam dan tidak menghantam langsung masyarakat,” katanya, dikutip melalui unggaahan di akun Instagram @smindrawati, Senin (30/10/2023).
Pada kesempatan tersebut, Sri Mulyani berpesan kepada para Kepala Daerah untuk mendukung APBN dalam melakukan ekspansi guna melindungi masyarakat dan perekonomian dari tekanan situasi ekonomi global.
“Saya harap Pemerintah Daerah juga mengoptimalkan APBD untuk mendukung langkah ekspansi ini. Kami di @kemenkeuri akan selalu siap memberikan dukungan,” tutur Sri Mulyani.