Bisnis.com, JAKARTA - Filipina tidak akan lagi mencari pinjaman dari China untuk mendanai tiga proyek kereta api senilai lebih dari US$5 miliar (Rp79,55 triliun). Filipina punberdiskusi dengan negara-negara Asia lainnya untuk mencari alternatif pendanaan.
"Kami melihat bahwa Cina tampaknya tidak lagi tertarik, jadi kami akan mencari mitra lain," Menteri Transportasi Jaime Bautista mengatakan dalam sebuah wawancara di kantornya di Manila pada hari Jumat (27/10/2023), mengutip Strait Times.
China setuju untuk mendanai tiga proyek kereta api yang terletak di luar ibukota Filipina selama pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte yang mencari hubungan yang lebih dekat dengan Beijing.
Pemerintahan penggantinya, Ferdinand Marcos Jr, meninjau kembali kesepakatan-kesepakatan tersebut karena kurangnya kemajuan dari pihak Cina.
Menteri Keuangan Benjamin Diokno pada bulan September memberi tahu Duta Besar Cina Huang Xilian dalam sebuah surat bahwa Manila "tidak lagi cenderung untuk mengejar" pembiayaan Cina untuk tahap pertama Proyek Kereta Api Mindanao.
Bautista mengatakan bahwa departemen keuangan akan mengirimkan pemberitahuan resmi untuk "menghentikan" pendanaan untuk kereta api barang Subic-Clark, yang menghubungkan dua pangkalan militer AS yang telah diubah menjadi zona komersial, dan kereta api komuter jarak jauh yang diusulkan di bagian selatan Pulau Luzon.
Baca Juga
Beralih ke opsi pembiayaan lain dapat menunda proyek-proyek yang sangat penting bagi upaya infrastruktur negara Asia Tenggara ini untuk memacu ekonominya.
Proyek-proyek tersebut termasuk di antara proyek-proyek yang awalnya terdaftar untuk diselesaikan pada awal tahun ini.
Ada "setidaknya dua negara Asia" yang tertarik pada proyek Subic-Clark dan proyek kereta api jarak jauh, ujar Bautista, yang menolak untuk menyebutkan nama mereka karena diskusi-diskusi tersebut masih dalam tahap awal.
Pemerintah juga mempertimbangkan untuk mendanai ketiga proyek tersebut atau bermitra dengan pemberi pinjaman multilateral dan perusahaan-perusahaan swasta, tambahnya.
Keputusan untuk membatalkan pinjaman dari Cina muncul di tengah-tengah meningkatnya ketegangan antara Manila dan Beijing di Laut China Selatan yang disengketakan.
Masalah-masalah menjadi semakin memanas akhir pekan lalu ketika kapal-kapal dari kedua negara bertabrakan dalam dua kesempatan terpisah ketika Filipina berusaha untuk memasok kembali sebuah kapal dari era Perang Dunia II yang digunakan untuk memperkuat klaim teritorialnya.
Bautista tidak mau mengaitkan terhentinya perjanjian pinjaman dari Cina dengan ketegangan geopolitik.
"Bahkan sebelum ketegangan ini dimulai, diskusi-diskusi itu tidak mengalami kemajuan," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia masih akan menyambut baik pembiayaan dari Cina untuk proyek-proyek infrastruktur lainnya.
"Ada banyak proyek yang bisa mereka dukung jika mereka mau," kata Bautista.