Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan harga komoditas beras di seluruh dunia naik signifikan. Bahkan, harga beras di pasar domestik meroket dari Rp12.000/kg menjadi Rp14.000/kg.
Menurutnya, komoditas beras perlu diwaspadai. Dia mengatakan terjadinya El Nino membuat harga beras di seluruh dunia meningkat.
"[Harga beras] tadinya Rp12.000-Rp12.100/kg sekarang sudah Rp14.000/kg. Ini situasi yang kita hadapi, mulai dari konflik geopoliyik, kondisi AS yang volatile, dan pengaruh iklim yang berdampak pada komoditas pangan seperti beras," ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (25/10/2023).
Sri Mulyani mengatakan kenaikan harga beras di dalam negeri dipengarugi dari sisi pasokan atau supply side, yaitu perubahan iklim yang berdampak pada panen.
Oleh karena itu, dia mengatakan keputusan untuk melakukan impor di dalam rangka untuk menjaga pasokan supply di Indoensia sudah benar.
"Seluruh dunia jadi persoalan dari segi pasokan beras. Harga beras tinggi membuat daya beli masyarakat menurun. Ini jadi perhatian dan pemerintah perlu bantu kelompok masyarakat yang daya belinya tergerus harga beras yang naik," imbuhnya.
Baca Juga
Meski inflasi turun, Sri Mulyani menilai inflasi volatile food terjadi kenaikan yang cukup tinggi dari Juli-September 2023, yaitu menjadi 3,6% tadinya mendekati deflasi.
Selain itu, Sri Mulyani mengatakan antangan rumah tangga masyarakat kelompok yang paling rentan pasti mengalami tekanan dengan kenaikan harga makanan.
Berdasarkan catatan Bisnis, Jokowi disebut telah setujui kuota impor beras hingga 1,5 juta ton pada akhir 2023.
"Pak Presiden ingin nambah 1,5 juta ton importasi, izin sudah siap, RIPH [rekomendasi impor produk hortikultura] sudah, impor sudah, tinggal percepatan bidding oleh Bulog," ujar Plt. Menteri Pertanian, Arief Prasetyo Adisaat ditemui di Gedung Kementerian Pertanian belum lama ini.
Izin tambahan kuota impor beras itu telah disetujui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan dan Kementerian Pertanian. Menurutnya, hal tersebut menjadi bukti koordinasi Kementerian/Lembaga yang cepat.
Adapun sumber impor beras tersebut, kata Arief paling besar masih mengandalkan Vietnam dan Thailand. Kendati demikian, Arief menekankan bahwa impor beras tambahan ini dilakukan sebagai upaya menghadapi kondisi darurat pemenuhan stok beras dalam negeri.