Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menuturkan kementeriannya kini sedang berkomunikasi erat dengan Bank Indonesia (BI) terkait rupiah yang mendekati level Rp16.000 per dolar AS
Untuk diketahui, mengacu data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada Selasa (24/10/23) ditutup menguat 0,53% atau 84,5 poin ke level Rp15.849 per dolar AS.
"Kita sama-sama melihat bahwa kondisi global tidak sedang mudah, akan tetapi measures yang kita address, yang kita deliver sebenarnya sudah relatif lebih baik daripada negara lain," jelasnya ketika ditemui di acara 11th US-Indonesia Investment Summit di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/23).
Febrio menuturkan bahwa rupiah sampai bulan lalu masih terapresiasi dibandingkan pada awal tahun
Kemudian, walaupun saat ini rupiah mengalami depresiasi ke sekitar Rp15.800 pada hari ini, depresiasi masih berada di sekitar 1%, berbeda dengan negara-negara lainnya.
"Banyak negara lain sudah 10%, 8%, jd ini adalah kondisi di mana kita memang pada posisi yang relatif better off," jelasnya.
Baca Juga
Febrio menuturkan bahwa jika melihat fenomena baru-baru ini, penyebab pergerakan kurs bukan karena faktor domestik melainkan menguatnya dolar AS.
Penyebab menguatnya dolar AS menurutnya karena defisit AS yang melebar sangat tajam, sehingga negeri Paman Sam tersebut membutuhkan biaya untuk menutup defisitnya.
"Ini yang memang menjadi faktor eksternal yang kita pahami bersama-sama, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter maupun pemerintah dan otoritas fiskalnya, kita pahami bersama dan kita koordinasi untuk menghadapi ketidakpastian itu," terangnya.
Terkait hal ini, Febrio menuturkan bahwa kebijakan yang disiapkan sedang difinalisasi dan akan segera diumumkan. Adapun kebijakan dari Bank Indonesia adalah menaikkan suku bunga.
Pekan lalu, BI menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin ke level 6%, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 18-19 Oktober 2023.
Kenaikan suku bunga ini merupakan yang pertama kali sejak BI menaikkan suku bunga ke level 5.75% pada Januari 2023 dan mempertahankan di level tersebut hingga September 2023.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI rate di level 6 persen.
”Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6,00,” ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Kamis (21/9/2023).