Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut perlu adanya pendanaan yang kuat untuk menjalankan proyek transisi energi guna mendorong target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan bahwa dalam transisi energi pendanaan merupakan hal krusial, maka dari itu perlunya pendanaan yang kuat, salah satunya dari pihak perbankan.
"Kita perlu pendanaan umumnya dari perbankan ya. Biasanya, mereka melakukan bussines to bussines [B2B], tapi kita bicara juga sama OJK apabila diperlukan," kata Yudo di Raffles Hotel, Rabu, (11/10/2023).
Selain dari pendanaan perbankan, Yudo juga mengharapkan adanya juga sokongan pendanaan dari lembaga keuangan di luar perbankan, misalnya koperasi maupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
BUMNDes sendrii nantinya dapat menjadi salah satu pendanaan jika terdapat pembangunan infrastruktur energi seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di daerah terpencil dan proyek transisi energi lainnya.
"Sekarang ini contohnya kalau misalnya kita bangun sesuatu yang diperlukan di daerah terpencil itu kita membangun penanganan menggunakan tenaga surya, itu bisa kita serahkan kepada BUMNDES," ujarnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku masih membutuhkan dana sebesar Rp3.500 triliun atau US$246 miliar untuk mencapai transisi energi atau target menurunkan emisi pada sektor energi di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani di sela-sela agenda Berlin Global Dialogue (BGD) bersama para pemimpin dunia, pengusaha dan akademisi di Berlin, Kamis (28/9/2023).
Wanita yang akrab disapa Ani itu juga mengatakan Indonesia telah menyediakan berbagai perangkat, termasuk regulasi dan dukungan fiskal agar proses transisi energi hijau bisa segera terealisasikan di Indonesia.
Selain itu, Pemerintah Indonesia secara proaktif juga telah melaksanakan berbagai langkah dan kebijakan guna mendorong partisipasi dari pihak swasta dalam agenda perubahan iklim global dan memperkenalkan pasar karbon.
"Pendanaan yang diperlukan itu mencapai Rp3.500 triliun atau sekitar US$246 miliar untuk mencapai target penurunan emisi di sektor energi," tuturnya dalam keterangan resmi.