Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah merespon pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus lebih dari Rp15.600 pada hari ini, Selasa (3/10/2023).
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan hal tersebut disebabkan menguatnya ekonomi di AS.
“[Penyebab rupiah melemah terhadap dolat] Ya kan perekonomian Amerika menguat,” ujarnya usai Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (Rakornas P2DD) 2023, Selasa (3/10/2023).
Mengacu data Bloomberg hari ini pukul 12.32 WIB, rupiah melemah ke level Rp15.610 per dolar AS. Meski demikian pada 23.30 WIB berbalik arah ke level Rp15.588 pada pukul 23.40 WIB.
Bukan hanya rupiah, beberapa mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau melemah di hadapan dolar AS.
Misalnya adalah yen Jepang yang melemah tipis 0,01 persen atau 0,02 poin ke level 149,88. Diikuti oleh dolar Taiwan yang melemah 0,29 persen, won Korea anjlok 0,67 persen. Lalu ada peso Filipina turun 0,16 persen, ringgit Malaysia turun 0,15 persen, baht Thailand turun 0,43, serta dolar Singapura yang melemah 0,10 persen.
Baca Juga
Sedangkan mata uang yang menguat di hadapan dolar AS adalah yuan China yang terpantau naik 0,19 persen, rupee India menguat 0,18 persen, serta dolar Hong Kong menguat ke 0,0003 poin ke level 7,83.
Sebelumnya, Analis Pasar Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong mengatakan, rupiah dan mata uang utama dunia lainnya umumnya melemah terhadap dolar AS yang kembali menguat setelah pemerintah Joe Biden berhasil menghindari government shutdown.
Lebih lanjut, dirinya melihat risiko rupiah melanjutkan tren pelemahan hingga akhir tahun, bahkan bisa tembus ke atas level Rp16.000 jika tidak adanya intervensi dari BI.
"Tanpa intervensi dari BI, rupiah berisiko naik di atas Rp16.000, saya melihat target realistis BI adalah mempertahankannya di bawah Rp16.000," ujar Lukman kepada Bisnis, Senin, (2/10/2023).