Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengangkat Derajat Petani Loha dengan Vanili

Upaya membangkitkan ekonomi keluarga di Desa Loha, Manggarai Barat kembali di dorong. Emas hijau alias vanili menjadi andalan.
Leonardus Tama (65) petani vanili di Desa Loha, Kecamatan Pacar, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (21/8/2023) melakukan polinasi atau perkawinan dengan bantuan manusia di kebunnya. Vanili memiliki julukan emas hijau seiring harganya yang tinggi hingga Rp1,2 juta per kilogram untuk standar ekspor di kawasan ini./Bisnis - Himawan L Nugraha.
Leonardus Tama (65) petani vanili di Desa Loha, Kecamatan Pacar, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (21/8/2023) melakukan polinasi atau perkawinan dengan bantuan manusia di kebunnya. Vanili memiliki julukan emas hijau seiring harganya yang tinggi hingga Rp1,2 juta per kilogram untuk standar ekspor di kawasan ini./Bisnis - Himawan L Nugraha.

Bisnis.com, MANGGARAI BARAT -- Tangan Leonardus Tama (65) bergerak lincah di antara rimbunnya dedaunan pokok vanili setinggi hampir 2 meter. Dengan cekatan petani vanili asal Desa Loha, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur itu memegang kuncup bunga vanili seukuran dua ruas jari orang dewasa. Dalam hitungan detik tangan kanannya menusukkan kayu kecil berujung tajam ke mahkota bunga. 

“Ini untuk membantu proses polinasi, supaya serbuk sari bisa bertemu dengan putik bunga,” ujar Tama di suatu pagi akhir Agustus 2023 lalu. 

Tama bercerita vanili hanya dipanen sekali setahun. Bila musim bunga tiba, setiap pagi ia harus melakukan polinasi atau membantu proses perkawinan bunga vanili. Vanili termasuk tumbuhan yang bergantung pada manusia untuk perkawinan supaya bisa menghasilkan buah dengan maksimal. 

"Harus dilakukan sepenuh hati [membantu penyerbukan] kalau tidak akan gagal, putik akan jatuh," katanya. 

Vanili merupakan salah satu komoditas unggulan dari daerah Manggarai Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2020 luas lahan tanaman vanili di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) seluas 2.404 hektar.  Adapun NTT masuk dalam daftar 10 daerah penghasil vanili di Indonesia. 

Di Desa Loha, Tama tergabung dalam kelompok petani vanili. Bersama warga lain ia bekerja sama mengelola tanaman seperti proses polinasi, panen, pengeringan hingga penjualan. Satu kilogram vanili kering grade A dengan ukuran sekitar 20 centimeter lebih dihargai Rp1,2 juta per kilogram.

"Setelah panen, awalnya dijemur selama sepekan namun cuma dari pagi ke siang. Keringnya didapat dengan diangin-angin selama sebulan. Sudah kering jika terlihat kulitnya berminyak," katanya. 

Harga vanili yang tembus di atas Rp1 juta pada 2023 ini membuat harapan petani kembali membuncah. Tanaman yang sudah ada kembali dirawat, termasuk membuka ladang baru. 

Untuk bertanam vanili, Tama menyebut membutuhkan stamina bertani yang prima. Sejak ditanam ke kebun hingga mulai panen pertama butuh waktu 2 tahun hingga 3 tahun. 

Periode tunggu akan lebih panjang jika dihitung dari persemaian bibit dengan setek dan menyiapkan tanaman pelindung. Untuk tanaman pelindung, ada banyak jenis yang dipilih. 

"Ini menggunakan kopi, namun ada lainnya juga," katanya sambil menunjukkan ladang vanili di tepi jalan desa yang menurun curam.   

Setelah menunggu dalam waktu panjang, tanaman yang mendapat julukan emas hijau ini masih membutuhkan bantuan dari petani agar berhasil menjadi buah. Keberhasilan vanili berbuah tergantung sepenuhnya kepada kegigihan petani setiap pagi dalam polinasi. 

Menurut Matius, petani lainnya, saat memperluas kebun vanili menjadi ribuan batang, dibutuhkan mengerahkan seluruh anggota keluarga agar polinasi dapat dilakukan tepat waktu. Jika berhasil dikawinkan, polong akan muncul dan butuh waktu 8 bulan hingga siap panen. Setelahnya vanili, jika sehat, dapat dipanen sekali setahun. 

Meski memiliki harga jual yang baik, Matius menyebut terdapat banyak tantangan untuk melakukan budidaya vanili. Cuaca yang tidak lagi sama dibandingkan dia waktu muda membuat tanaman vanili yang diolah konvensional oleh petani memiliki daya tahan yang lebih lemah. Belakangan, vanili hanya dapat dipanen dua hingga tiga kali setelah panen pertama. Setelahnya hasil panen tidak maksimal. 

Penjualan vanili kering sendiri tidak seluruhnya berharga di atas Rp1 juta. Hanya produk dengan kualitas super. Harganya akan terus menurun hingga grade D. 

"Kalau dijual basah Rp100.000 per kilogram, tengkulak ambil semua tanpa grade," katanya. 

Petrus Abat, petani vanili lainnya menyebutkan polinasi adalah tantangan utama dalam bertanam emas hijau. Menurutnya, polong vanili 95 persen berhasil karena manusia. Sedangkan hambatan lainnya, persoalan penyakit vanili seperti busuk batang, hingga metode perawatan yang tepat.

Mengangkat Derajat Petani Loha dengan Vanili


Vanili Bangkitkan Potensi Desa

Besarnya potensi ekonomi vanili di Desa Loha membuat Lembaga Pengembang Bisnis (LPB) Manggarai Barat mengambil peran agar potensi ekonomi emas hijau dapat tergarap maksimal. Apalagi LPB menyadari budidaya vanili bukanlah perkara mudah. 

Pendamping LPB Manggarai Barat Yunita Nursan Hasanah Loilatu menuturkan langkah pendampingan dilakukan agar vanili dapat mengangkat ekonomi masyarakat Loha. Menurut dia, LPB Manggarai Barat telah menjalankan serangkaian pelatihan teknis dan manajerial pasca panen kepada petani vanili dalam wilayah Loha.  

Pelatihan itu mulai dari manajemen jarak tanam, pemupukan, teknik pemangkasan (pruning) daun dan ranting, hingga teknik menghadapi penyakit seperti busuk batang. Menurut Yunita sebagai kepanjangan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YBDA), LPB juga membantu membukakan akses pasar seperti menjadikan vanili Desa Loha sebagai oleh-oleh KTT G20 dan KTT Asean. 

"Kami juga mengirim vanili kering untuk ekspor sebanyak 55 kilogram, kami targetkan mencapai 250 kilogram," kata Yunita. 

Dengan harga jual tinggi ini, petani Loha mendapatkan uang tunai puluhan juta. Dana itu dapat menggerakkan ekonomi desa. Mulai dari renovasi rumah menjadi lebih kokoh hingga biaya pendidikan anak.

Sigit Kumala, Ketua Yayasan Dharma Bhakti Astra mengharapkan dengan transformasi kawasan Manggarai Barat sebagai kawasan super prioritas dengan Labuan Bajonya, para petani dapat menikmati dampak ekonomi.

Menurutnya, tidak hanya tanaman vanili, kawasan ini dapat mengembangkan produk pertanian lain. Sigit yakin kemauan dan keinginan kuat masyarakat bisa menjadi modal menjawab kebutuhan pasar lokal bahkan internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper