Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia mempromosikan sejumlah proyek clean and clear (CnC) yang telah terkurasi bagi investor China pada Indonesia-China Business Forum yang digelar pada Selasa (26/9/2023).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa terdapat 4 fokus sektor yang diminati investor China adalah energi terbarukan, proyek di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), infrastruktur transportasi, dan industri kendaraan listrik.
Berdasarkan hasil kurasi sejumlah pihak termasuk BI, terdapat 16 proyek terpilih dari seluruh Indonesia, di antaranya proyek energi panas bumi, pengolahan limbah, pabrik karet, pengembangan komoditas kakao, proyek jalan tol, monorel, smelter, hingga industri mesin elektrik untuk kendaraan listrik.
“Harapannya, kegiatan promosi investasi ini secara konkrit akan mewujudkan kemitraan yang saling menguntungkan antar dua negara,” kata Perry, dikutip melalui keterangan resmi, Kamis (28/9/2023).
Pada forum bisnis tersebut, Perry menyampaikan lima alasan untuk berinvestasi di Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki pondasi makroekonomi yang stabil.
Kedua, ekonomi Indonesia pertumbuhan yang tinggi. Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen selama 7 kuartal beruntun. Berdasarkan catatan terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 adalah sebesar 5,17 persen secara tahunan.
Baca Juga
Ketiga, berlanjutnya reformasi struktural dan hilirisasi sumber daya alam di dalam negeri. Keempat, pemerintah terus mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan.
Kelima, akselerasi pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Hal ini didukung pasar dan konsumsi domestik yang luas, meluasnya sektor jasa dan meningkatnya ekonomi penduduk generasi milenial.
Menurut Perry, sebagai mitra dagang terbesar, dan kontributor investasi asing langsung kedua tertinggi, dan tiga besar sumber turis tertinggi Indonesia, China perlu terus memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia.
Perry menyampaikan bahwa Indonesia memiliki performa makroekonomi yang baik, salah satunya capaian inflasi yang rendah dan diproyeksikan terus menurun, nilai tukar rupiah yang stabil, defisit fiskal yang terus mengecil serta meningkatnya pembiayaan perbankan.
“Indonesia stabil secara makroekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Hal ini penting karena tidak ada investasi dan prospek bisnis apabila suatu negara tidak stabil," katanya.