Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Konsep Meta Farming

Konsep Meta Farming bisa menjadi solusi lahan pangan yang terus berkurang serta jumlah petani yang terus menurun.
Konsep Meta Farming bisa menjadi solusi lahan pangan yang terus berkurang serta jumlah petani yang terus menurun. /Bisnis-Noli Hendrarn 
Konsep Meta Farming bisa menjadi solusi lahan pangan yang terus berkurang serta jumlah petani yang terus menurun. /Bisnis-Noli Hendrarn 

Bisnis.com, JAKARTA - Konsep Meta Farming bisa menjadi solusi lahan pangan yang terus berkurang serta jumlah petani yang terus menurun. Apalagi saat ini, 70 persen petani yang ada di Indonesia berusia di atas 65 tahun. 

Permasalahan itu yang membuat Erwin Gunawan mendirikan Gerakan Maju Tani. Menurut Erwin, masalah  krisis pangan dunia sudah di depan mata dan tidak bisa diserahkan ke Pemerintah saja. Masalah ini menjadi masalah bersama yang harus diatasi dengan partisipasi setiap warga Indonesia  dan menjadi tanggung jawab semua.

“Oleh sebab itu kami Gerakan Maju Tani ingin melibatkan seluruh anak bangsa. Dengan adanya masalah lahan terbatas, jumlah petani berkurang tentu akan memengaruhi ketahanan pangan. Karena itu Gerakan Maju Tani ini mengajukan konsep Meta Farming di mana semua orang bisa menjadi petani meski tidak memiliki lahan,” kata Erwin dalam keterangan tertulis, Jumat (8/9/2023).

Erwin yang juga Inisiator Gerakan Maju Tani mengungkapkan, Meta Farming ini memanfaatkan teknologi untuk membantu orang-orang yang berminat untuk menjadi petani. 
Rencananya, konsep Meta Farming ini akan disampaikan Gerakan Maju Tani kepada Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang juga Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, Senin (11/9/2023) di Kantor KSP, Jakarta.

Meta Farming adalah platform online di mana semua orang bisa terlibat dalam pertanian. Melalui aplikasi ini, mereka yang tertarik untuk bertani bisa bercocok tanam di lahan yang sudah disiapkan oleh Meta Farming.

“Contoh GREENS yang memiliki aplikasi Meta Farming punya lahan pertanian dengan smart control agriculture di mal atau juga restoran bikin ladang pertanian yang kita sebut green pod bertanam di dalam restoran. Jadi, anak muda yang ingin bertani di Meta Farming bisa belajar cara bertani mulai dari membeli bibit hingga memanen hasilnya yang nantinya akan bagi hasil dengan pemilik aplikasi,” jelas Erwin.

Tujuan utama dari Gerakan Maju Tani dengan konsep Meta Farming ini adalah menginspirasi generasi muda untuk mau menjadi petani dan juga pihak lain yang tertarik untuk bertani namun tidak tahu caranya.

Erwin menambahkan, Gerakan Maju Tani berharap Ketua Umum HKTI yang juga Ketua KSP Moeldoko memberikan dukungan kepada Gerakan Maju Tani untuk menyosialisasikan konsep Meta Farming.

“Gerakan ini bukan hanya difokuskan di Jakarta tapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Kami berharap semakin banyak yang mau bergabung dengan Gerakan Maju Tani dan mau bertani dengan konsep meta farming. Upaya ini diharapkan bisa meningkatkan jumlah petani muda di Indonesia,” jelas Erwin.

Selain Erwin Gunawan dari GREENS, Gerakan Maju Tani diinisiasi oleh tujuh orang lainnya yaitu James Rayawan dari Hyoshi Farm, Edlin Prabawa dari Satria Group Farm, Andro Tunggul Namureta, Lantip Kurniawan dari Jalantara Tirtamarta Hidroponik, Nur Rohman, Alpukat Farmer, Chooirul Ibnur Fajar dari Agrobersama serta Ardito Hartawan dari Hydrofarm.

Berdasarkan hasil survei Jakpat, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian. Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z yang tak ingin bekerja di bidang pertanian antara lain pendapatan kecil, penuh risiko dan tidak menjanjikan.

Rendahnya minat pemuda bekerja di sektor ini pun membuat Indonesia harus puas berada di urutan keenam negara dengan proporsi tenaga kerja pertanian tertinggi di Asia Tenggara.

Menurut ASEAN Statistics Division, proporsi tenaga kerja pertanian di Indonesia sebesar 29,8 persen pada 2020. Posisi Indonesia berada di bawah Kamboja dengan proporsi tenaga kerja pertanian sebesar 32,1 persen. Sedangkan, Myanmar menjadi negara yang memiliki proporsi tenaga kerja pertanian paling tinggi di Asia Tenggara, yakni 48,9 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper