Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin mendesak negara-negara Asean untuk menyelesaikan konflik kemanusiaan Rohingya di Myanmar.
Shahabuddin merasa konflik tersebut yang telah berlangsung selama 7 tahun tersebut telah berdampak terhadap perbatasan Myanmar-Bangladesh.
“Bahkan di tahun ketujuh dari krisis ini, tidak ada solusi yang dapat dilakukan di mana Bangladesh terdesak hingga ke batasnya,” ujarnya saat saat berpidato di KTT Asia Timur ke-18 di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (7/9/2023).
Bangladesh yang hadir sebagai Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) mengungkapkan bahwa negaranya telah menerima 1,2 juta orang yang mengungsi secara paksa dari Myanmar atas dasar kemanusiaan dan alasan-alasan lainnya.
Shahabuddin menegaskan bahwa penyelesaian konflik tersebut merupakan tanggung jawab bersama masyarakat internasional untuk menemukan solusi yang tahan lama untuk krisis ini di tempat asalnya di Myanmar.
Dirinya menyayangkan adanya penundaan pembahasan terkait repatriasi sukarela para pengungsi karena membahayakan seluruh wilayah.
Baca Juga
“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bertindak dengan lembut dalam masalah yang sangat mendesak ini,” katanya.
Dalam sela-sela KTT ke-43 Asean di JCC, Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan sangat prihatin dengan memburuknya situasi politik, kemanusiaan, dan hak asasi manusia di Myanmar.
Guterres menyatakan mendukung 5 Poin Concensuss (5PC) untuk menemukan solusi politik di Myanmar.
"Kami prihatin atas kondisi yang memburuk di Myanmar, termasuk Negara Bagian Rakhine dan penderitaan sejumlah besar pengungsi yang hidup dalam kondisi yang memprihatinkan," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan seruannya untuk mendesak junta militer Myanmar untuk membuka kembali pintu pemerintahan yang demokratis.