Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas PGN (PGAS) Naik, Pelaku Industri Ancam Beralih ke Batu Bara

Seiring rencana PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN menaikkan harga, pelaku industri ancam beralih kembali menggunakan batu bara yang tak ramah emisi.
Ilustrasi distribusi gas industri/Istimewa
Ilustrasi distribusi gas industri/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku industri plastik Indonesia mulai ancang-ancang strategi, termasuk beralih ke batu bara, untuk mengamankan lonjakan ongkos produksi akibat rencana kenaikan harga gas industri non-harga gas bumi tertentu (HGBT). 

Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN disebut tengah menggodok penyesuaian harga gas industri yang akan diberlakukan per 1 Oktober 2023. Hal ini dikecam oleh berbagai pelaku industri, salah satunya industri plastik.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan pihaknya menolak rencana tersebut, sebab industri plastik masih sulit untuk pulih imbas pandemi. Kondisi ini juga ditenggarai beberapa sentimen global. 

"Pertama kondisi global perang Rusia-Ukraina belum selesai sehingga kepastian harga minyak dan produk nya itu tipis. Kedua, industri China sendiri juga lagi lemah," kata Fajar kepada Bisnis, (30/8/2023). 

Pelemahan industri China dinilai dapat memicu pengalihan pasar ke Indonesia, sehingaa besar risiko banjirnya impor bahan baku maupun barang jadi plastik. Dia mencemaskan terganggunya ketahanan industri dalam negeri akibat risiko tersebut.

Di sisi lain, Fajar juga mengungkap potensi peralihan dari gas menjadi batu bara sebagai sumber energi produksi barang jadi plastik. Padahal, pemerintah saat ini tengah menggenjot emisi gas buang mengingat kualitas udara di Jabodetabek yang memburuk. 

"Masa kita pakai batu bara lagi? Kualitas udaranya bisa makin tambah gak bagus lagi. Kalau harga gas mahal ya kita beralih ke batu bara risikonya kualitas udaranya lebih jelek," ujarnya. 

Terlebih, upaya pemerintah saat ini untuk menekan emisi gas buang dari pelaku industri membuat sejumlah pabrik telah menurunkan tekanan uap (delta P) yang dihasilkan selama proses produksi. 

Jika penggunaan batu bara menjadi pilihan industri untuk menekan ongkos produksi, maka akan ada beberapa mesin yang terpaksa dimatikan untuk menahan emisi karbon. 

Untuk itu, Fajar tetap berharap dan berupaya agar harga gas industri PGN dikisaran US$9 per MMBtu tetap dipertahankan. Di sisi lain, pihaknya tengah mencari jalan keluar lain dan peluang perluasan pasar untuk mencegah penguasaan pasar dari barang impor. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper