Isu-isu Strategis Asean
Untuk mendukung pencapaian dari pertumbuhan jangka panjang dan berkelanjutan di kawasan Asean, pertemuan ini juga mendiskusikan upaya Asean dalam meningkatkan pembiayaan infrastruktur kawasan dengan memposisikan ulang ASEAN Infrastructure Fund (AIF) sebagai dana hijau Asean untuk mendorong insfrastruktur berkelanjutan di kawasan.
Terkait hal ini, para negara anggota sepakat untuk menyeleraskan pembiayaan AIF dengan Taksonomi Asean untuk Keuangan Berkelanjutan, memperkuat proses bisnis AIF, serta melakukan kajian lanjutan untuk memformulasikan kontribusi rekapitalisasi AIF dan optimalisasi modal AIF yang ada.
AFMGM juga menyoroti pentingnya mendorong pendanaan transisi untuk mendukung pencapaian ekonomi rendah karbon di kawasan ASEAN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertemuan tersebut juga membahas Taksonomi ASEAN untuk Keuangan Berkelanjutan Versi 2 yang menunjukkan upaya ASEAN mewujudkan transisi yang adil, terjangkau, dan teratur di kawasan.
“Taksonomi ini merupakan taksonomi pertama di dunia yang mengklasifikasikan transisi energi sebagai klasifikasi hijau baru dan merupakan instrumen penting untuk menarik investasi swasta guna mendukung transisi di kawasan. Oleh karena itu, AFMGM menggarisbawahi pentingnya interoperabilitas Taksonomi Asean dengan taksonomi interna sional lainnya," kata Sri.
Di samping itu, dari sisi bidang kerja sama perpajakan dan kepabeanan, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral pun berupaya meningkatkan pelaksanaan pertukaran informasi, mempercepat penyelesaian dan penerapan prosedur dan pedoman standar yang disepakati, dan meningkatkan kapasitas untuk menghadapi ancaman dan permasalahan saat ini.
Lebih lanjut, dalam hal pembiayaan risiko bencana, pertemuan ini fokus pada peningkatan kapasitas anggota dalam menilai risiko, mengeksplorasi instrumen pembiayaan, serta mengembangkan strategi pembiayaan yang lebih efektif.
Tak lupa, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral juga mengevaluasi kemajuan, tantangan, dan pencapaian sejauh ini serta arah kerja sama ASEAN pasca-2025.
AFMGM pun menyambut baik rencana Lao PDR untuk melaksanakan Keketuaan Asean 2024. Dalam hal ini Indonesia mendukung Lao PDR dalam menjaga keberlanjutan agenda-agenda strategis yang telah dicapai dan inisiatif-inisiatif baru yang telah dibahas bersama selama Keketuaan Indonesia di tahun 2023.
Keketuaan tahun ini juga menandai upaya ASEAN di jalur keuangan untuk meningkatkan kolaborasi dengan badan-badan sektoral lainnya dalam forum ASEAN. Inisiatif ini penting dalam mengatasi tantangan global dan regional yang muncul melalui upaya bersama melalui pendekatan lintas sektoral.
Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral membahas dua agenda yang diperluas untuk kolaborasi lintas sektoral, yaitu kolaborasi Keuangan-Kesehatan dan Ketahanan Pangan.
Pada isu Keuangan-Kesehatan, Pertemuan Gabungan Menteri Keuangan dan Kesehatan yang pertama berhasil dilaksanakan kemarin. Pertemuan ini menetapkan langkah untuk melanjutkan kerja sama dan kemajuan dalam lanskap kesehatan dan keuangan kawasan Asean.
Para Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan menyadari adanya kesenjangan pendanaan yang signifikan dalam pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi (PPR) di Asia Tenggara seperti yang dilaporkan oleh studi yang dilakukan oleh ADB dan potensi untuk memobilisasi modalitas pendanaan di kawasan, termasuk Dana Respons Asean untuk Covid-19 dan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Lainnya serta Penyakit Baru.
Pada isu ketahanan pangan, negara-negara ASEAN berkomitmen untuk meningkatkan keterlibatan sektor keuangan dalam memastikan ketahanan pangan kawasan dan global dengan memperkuat kolaborasi lintas sektoral.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kebijakan untuk mengurangi tantangan ketahanan pangan, meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan makanan sehat, meningkatkan akses keuangan bagi UMKM dan petani kecil untuk mendorong ketahanan pangan, dan meningkatkan fasilitas perdagangan.
Sejauh ini, pertumbuhan ekonomi Asean terus menjadi “bright" dan “rare" spot di ekonomi global.
Ekonomi Asean diprediksi tumbuh 4,5 persen tahun ini, lebih tinggi dari pertumbuhan global. Sementara, inflasi diperkirakan akan tetap tinggi di beberapa negara anggota Asean, namun relatif lebih rendah dibandingkan dengan kawasan lain.
Asean telah mampu menjaga tingkat suku bunga dan depresiasi nilai tukar di kawasan di tengah peningkatan suku bunga global. Fundamental ekonomi ini menunjukkan ketahanan Asean terhadap guncangan global serta konsistensi perkembangan ekonomi kawasan untuk menjadi pusat pertumbuhan (epicentrum of growth).