Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cuaca Panas Ekstrem Ancam Pasokan, Harga Kedelai AS Terus Melonjak

Kontrak berjangka kedelai di Chicago diperdagangkan dalam level tertinggi lebih dari dua minggu terakhir.
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Jakarta, Senin (16/1/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di Jakarta, Senin (16/1/2023). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Harga kedelai Amerika Serikat terus melonjak menyusul kekhawatiran penurunan pasokan akibat cuaca panas ekstrem.

Melansir Bloomberg pada Senin (21/8/2023), kontrak berjangka kedelai di Chicago melanjutkan penguatan setelah diperdagangkan dalam level tertinggi dalam lebih dari dua pekan terakhir. pada Jumat (18/8).

Berdasarkan harga pada Senin (21/8) kontrak berjangka kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) pukul 09:44 WIB untuk pengiriman November naik 1,33 persen dari harga penutupan sebelumnya, menjadi sekitar US$13,72 per gantang.

Sebelumnya, harga kedelai untuk pengiriman November naik 1,6 persen menjadi US$13,5025 per gantang pada Jumat, level perdagangan harian tertinggi sejak 2 Agustus.

Tekanan telah meningkat pada tanaman jagun dan kedelai. Hal ini dikarenakan kondisi kering dan hangat yang berlanjut di wulayah barat, tengah dan selatan Midwest dan Delta, serta menurunnya tingkat kelembapan. 

"Prakiraan cuaca panas dan kering untuk minggu depan dan penjualan ekspor mingguan yang sangat baik memberikan dukungan" untuk harga kedelai, tulis analis CHS Hedging Nick Paumen dalam catatannya.

Menurut Departemen Pertanian AS, luas wilayah kedelai yang mengalami kekeringan di AS sebesar 38 persen, dibandingkan minggu lalu yang sebesar 43 persen. 

Kemudian Dewan Biji-Bijian Internasional juga memangkas sedikit estimasi produksi kedelai dalam laporannya. Tanaman-tanaman AS biasanya akan dipanen mulai September.

Berdasarkan laporan kantor berita TASS, harga terdorong lebih tinggi di tengah laporan bahwa Ukraina mencari pembalasan atas Rusia terhadap fasilitas pelabuhannya. Sebuah pesawat tak berawak laut Ukraina ditembak jatuh pada hari Jumat pagi (18/8) setelah mencoba menyerang dua kapal perang Rusia di Laut Hitam.

"Berita utama tidak diragukan lagi akan berlanjut hingga akhir pekan, menghadirkan risiko bagi para pedagang biji-bijian," ucap kepala ekonom komoditas di StoneX, Arlan Suderman, mengutip pemberitaan Bloomberg pada Jumat (18/8). 

Berdasarkan laporan Reuters, Sabtu (19/8) analis menyebutkan Ukraina hanya mampu mengekspor 3,2 juta ton biji-bijian, minyak sayur, dan makanan dalam empat pekan terakhir hingga 15 Agustus 2023. Angka tersebut turun dari 4,4 dan 4,8 juta ton pada Mei dan Juni ketika kesepakatan Laut Hitam masih berlaku 

AS juga dilaporkan bekerja sama dengan mitra di Eropa untuk menjaga ekspor biji-bijian tetap berjalan. Hal tersebut dilakukan dengan mengandalkan sungai seperti Danuba dan jalan lain, setelah jalur laut menjadi tidak aman. 

"Kuncinya adalah pelabuhan sungai,” kata ekonom senior di Oxford Economics Evghenia Sleptsova. 

Di lain sisi, Sleptsova juga mengatakan bahwa perdagangan biji-bijian Rusia diuntungkan dari kelemahan Ukraina. Ekspor Rusia kini menjadi booming dan diperkirakan mencapai hampir seperempat dari perdagangan gandum global pada musim 2023-2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper