Bisnis.com, NAIROBI – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mulai menyasar potensi energi baru terbarukan atau EBT di pasar global dengan menggandeng Africa Geothermal International Limited untuk mengembangkan potensi panas bumi di Kenya.
Di Kenya, PGEO mengincar wilayah kerja panas bumi Longonot yang memiliki potensi pengembangan hingga 500 megawatt (MW), di mana 140 MW di antaranya telah siap dieksploitasi.
Kerja sama tersebut dimulai dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) oleh Board of Directors Africa Geothermal International Limited (AGIL) Fred N. Ojiambo dan Direktur Utama PGEO Julfi Hadi di Nairobi, Kenya.
Julfi Hadi, Direktur Utama PGEO, mengatakan bahwa penandatanganan MoU dengan AGIL merupakan langkah strategis perusahaan untuk pengembangan dan pemanfaatan sumber daya panas bumi di mancanegara.
“[Wilayah kerja] Longonot memiliki keunggulan lokasi dan letak geologis yang menjadikannya sebagai prospek yang menarik. Melalui kolaborasi ini, PGEO memiliki kesempatan untuk ikut andil dalam pengembangan EBT, sekaligus sebagai upaya kami untuk menjadi produsen geothermal global,” katanya, Senin (21/8/2023).
Dia menjelaskan, Afrika merupakan salah satu pusat baru pertumbuhan ekonomi dunia sehingga bisa berdampak langsung terhadap iklim investasi yang baik.
Baca Juga
Selain itu, Kenya juga merupakan salah satu negara terdepan di kawasan Afrika yang mampu mengembangkan panas bumi dengan baik. Di negara tersebut, kapasitas terpasang panas bumi mencapai 865 MW.
“Kami berharap kolaborasi dalam bentuk kerja sama pengembangan panas bumi ini bisa meningkatkan eksposur bisnis kedua belah pihak,” ujar Julfi.
Sementara itu, kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia telah mencapai 2.356 MW, dan 80 persen di antaranya atau sekitar 1.877 MW berasal dari wilayah kerja PGEO. Perusahaan menargetkan pengembangan kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri hingga 1 gigawatt (GW) dalam 2 tahun ke depan.
Board of Directors Africa Geothermal International Limited (AGIL) Fred N. Ojiambo mengatakan, PGEO memiliki rekam jejak yang sangat baik dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia. Hal tersebut menjadi alasan utama bagi pihaknya untuk menggandeng PGEO.
“Kami memang mencari partner yang memiliki rekam jejak bagus dalam pengembangan panas bumi. PGEO juga memiliki teknologi yang sudah mapan, dan itu alasan utama kami menggandeng PGEO,” katanya.
Menurutnya, Kenya memiliki potensi panas bumi yang sangat besar dan AGIL menargetkan kapasitas terpasang geothermal mencapai 200 MW.
“Kami berharap bisa bekerja sama mengembangkan 140 MW panas bumi hingga 7 tahun mendatang,” ujarnya.