Bisnis.com, JAKARTA - Kuatnya Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia menjadi kebanggan dan optimisme pemerintah untuk memacu kinerja industri manufaktur Tanah Air.
Kondisi ini menjadi salah satu poin yang dibanggakan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Konferensi Pers: RAPBN dan Nota Keuangan 2024, Rabu (15/8/2023).
Dia menjelaskan bahwa PMI manufaktur global menunjukkan pelemahan. Di sisi lain, indeks growth domestic product (GDP) manufaktur Indonesia mengalami kenaikan.
"Indonesia, on the other hand, masih tetap terjaga resiliensinya, makanya kalau kita lihat negara G20 dan Asean, Indonesia bersama India, Filipina, dan Meksiko adalah empat negara yang PMI-nya itu ekspansif dan accelerated, yang lainnya either ekspansi melambat atau kontraksi," kata Sri Mulyani.
Dia menilai bahwa penguatan industri manufaktur dapat menjadi upaya untuk memperkuat struktur ekonomi. Pasalnya, peranan industri manufaktur memiliki nilai tambah tinggi.
Diberitakan sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia tercatat menguat ke level 53,3 pada Juli 2023 dibandingkan bulan sebelumnya di level 52,5.
Baca Juga
Laju ekspansi sektor manufaktur di Tanah Air ini merupakan tingkat ekspansi tertinggi sejak 10 bulan terakhir atau September 2022.
Mengutip data Trading Economics, Selasa (1/8/2023), PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2023 tersebut mampu melampaui PMI manufaktur sejumlah negara Asean, seperti Malaysia yang masih berada di zona kontraksi 47,8 dan Vietnam di level 48,7, serta Filipina di level 51,9.
PMI manufaktur Indonesia juga mampu mengungguli sejumlah negara-negara G20, seperti Rusia (52,1) dan Meksiko (50,9).
Bahkan, sektor manufaktur beberapa negara G20 pada Juli 2023 berada di zona kontraksi, antara lain Turki (49,9), Australia (49,6), Jepang (49,6), Korea Selatan (49,4), China (49,2), Amerika Serikat (49), Prancis (45,1), Inggris (45), dan Jerman (38,8).