Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan komitmen investasi untuk pengembangan industri hulu-hilir pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) domestik pada kerangka kerja sama ekspor listrik bersih ke Singapura makin tumbuh positif.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan tiga perusahaan belakangan makin serius menunjukan komitmen investasi mereka pada industri hulu hingga hilir PLTS untuk pasar ekspor Singapura tersebut.
“Setahu saya ada dua hingga tiga perusahaan yang sudah menunjukan keseriusan dan sekarang lagi bekerja dengan mitranya yang di dalam negeri,” kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Dadan mengatakan potensi pasar yang terbuka lebar dari kerja sama ekspor listrik ke Singapura itu dapat mencapai 3,5 gigawatt (GW). Adapun, kebutuhan itu jika dikonversi pada PLTS dapat mencapai 17,5 GW, dengan asumsi PLTS dapat efektif mengalirkan setrum selama 5 jam setiap harinya.
Dengan demikian, potensi investasi kapasitas terpasang untuk PLTS di dalam negeri cukup terbuka lebar untuk beberapa kawasan yang berdekatan dengan Singapura.
Kesepakatan dengan pemerintah Singapura itu telah diteken dalam nota kesepahaman atau MoU di sela-sela kegiatan tahunan Leader’s Retreat yang digelar di Singapura pada 17 Maret 2023 lalu, antar kedua negara.
Baca Juga
Lewat MoU itu, Singapura meminta pasokan listrik bersih dari Indonesia untuk rencana bauran energi sampai 2035 mendatang.
Sementara itu, Indonesia mensyaratkan ekspor listrik dapat dilakukan jika terjadi penciptaan industri hulu sampai hilir panel surya dan juga komponen pendukung lainnya seperti sistem penyimpanan energi baterai (SPEB) di dalam negeri.
Beberapa perusahaan nasional yang tergabung lewat konsorsium Indonesia Solar Panel Industri & Renewable Alliance (Inspira) juga telah melakukan kerja sama untuk membangun rantai pasok dan industrialisasi panel surya dengan rekanan luar negeri mereka . Konsorsium itu terdiri atas PT Adaro Power, Medco Power dan Energi Baru TBS.
“Tetapi ada juga industri yang nantinya itu menghasilkan sel di kita, sel untuk PLTS-nya, apakah itu dari hulu atau enggak belum dapat juga update-nya,” kata dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi berhasil mengamankan komitmen investasi senilai US$11,5 miliar atau setara dengan Rp173,51 triliun (asumsi kurs Rp15.088 per dolar US$) dari perusahaan asal China, Xinyi International Investment Limited untuk pengembangan industri terintegrasi kaca dan panel surya di Rembang, Batam, Kepulauan Riau.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, komitmen investasi Xinyi itu bakal menggenjot upaya hilirisasi pasir silika atau kuarsa di dalam negeri untuk menjadi produk akhir kaca hingga panel surya mendatang.
“Oleh-oleh paling paten, hari ini Presiden menyaksikan penandatanganan MoU antara pemerintah Indonesia dengan Xinyi, ini perusahaan terbesar di dunia pemain kaca dengan market share kurang lebih 26 persen,” kata Bahlil.
Bahlil mengatakan, investasi jumbo perusahaan kaca dan panel surya itu menjadi kucuran dana lanjutan, setelah Xinyi lebih dahulu berinvestasi sebesar US$700 juta di KEK JIIPE, Gresik sebelumnya.
“Kita mulai dorong hilirisasi pasir kuarsa, output produknya hampir 95 persen untuk ekspor karena pasarnya luar negeri, pabrik kaca ini juga langsung membangun solar panel untuk kapasitas ekspor,” kata dia.