Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional atau IMF telah memberikan peringatan mengenai perlambatan ekonomi global pada 2023, seiring dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dirilis organisasi tersebut.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Moh. Edy Mahmud menyampaikan meski proyeksi secara global melambat di level 3 persen, negara berkembang diproyeksikan tumbuh di atas global dan negara maju, bahkan akan menguat pada 2024.
Kondisi ekonomi beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan terpantau tumbuh namun melambat dan lebih rendah dari proyeksi ekonomi global. Pada kuartal II/2023, ekonomi AS tumbuh 2,6 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Pada periode yang sama, Korea Selatan tumbuh stagnan sama seperti kuartal sebelumnya, yaitu 0,9 persen (yoy). Sementara Jepang tumbuh 1,3 persen pada kuartal II/2023.
Sementara ekonomi negara berkembang, seperti China dan India terpantau lebih tinggi dari target IMF secara global. Pada periode tersebut, masing-masing negara tumbuh 6,3 persen (yoy) dan 6,2 persen.
Di tengah proyeksi perlambatan ekonomi dunia, pada kuartal II/2023 ekonomi Indonesia juga tumbuh di atas target IMF.
Baca Juga
Dalam laporan terbaru BPS, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 5,17 persen dan mempertahankan rekor 7 kuartal berturut-turut untuk pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Di sisi lain, perlambatan ekonomi global tersebut berdampak pada kinerja perdagangan luar negeri. Penurunan harga komoditas di pasar global berpengaruh terhadap nilai ekspor.
Komoditas unggulan ekspor RI, yaitu batu bara, CPO, dan besi baja pada kuartal kedua ini lebih rendah dari sisi nilai dibandingkan kuartal sebelumnya ataupun tahunan.
“Namun, dari sisi volume sebetulnya masih meningkat yang lumayan, jadi lebih dikarenakan harga yang turun,” kata Edy.
Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia pada kuartal II/2023 masih mencatatkan surplus sebesar US$7,82 miliar atau turun sebsar 49,81 persen (yoy).
Capaian tersebut melanjutkan tren surplus neraca dagang RI selama 38 berturut-turut atau sejak Mei 2020.