Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Malaysia Bangun PLTS Hibrida Terbesar di Asean, Nilainya Rp19,9 Triliun

Ini alasan pemerintah Malaysia membangun pembangkit listrik tenaga surya hibrida terbesar di Asean
Suasana sepi di sekitar Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (1/6/2021). Bloomberg/Samsul Said
Suasana sepi di sekitar Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (1/6/2021). Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Malaysia berencana untuk membangunfasilitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hibrida terbesar di Asia Tenggara.

Menteri Perekonomian Malaysia Rafizi Ramli menyampaikan rencana tersebut dilakukan sembari mengejar pembangunan pembangkit listrik tenaga hidrogen untuk mencapai target kapasitas energi terbarukan sebesar 70 persen yang ditargetkan pada 2050.

Diketahui biaya pengembangan PLTS hibrida tersebut telah menarik investasi global senilai 6 miliar ringgit atau setara dengan Rp19,9 triliun. 

Selain itu, dia menuturkan pembangunan proyek tersebut juga menggunakan dana kekayaan negara Khazanah Nasional. Menurutnya, proyek pembangkit listrik tenaga surya hibrida akan menjadi salah satu dari 10 proyek unggulan, senilai 25 miliar ringgit atau senilai Rp82,9 triliun, yang diluncurkan di bawah Peta Jalan Transisi Energi Nasional.

"Proyek ini merupakan upaya pemerintahan ini untuk mengubah keekonomian energi terbarukan sehingga dapat dengan cepat meningkatkan kapasitas terpasang dengan infrastruktur dan teknologi yang tepat," ujar Rafizi dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/7/2023). 

Perusahaan besar seperti Nasional Bhd, Sime Darby Property, Malakoff dan Petronas disampaikan akan mengambil bagian dari proyek ini.

Pada Mei 2023, pemerintah Malaysia telah menaikkan target energi terbarukan menjadi 70 persen dari total sebelumnya 40 persen. Target ini membutuhkan investasi sebesar 637 miliar ringgit. Kapasitas energi terbarukan di negara ini, diupayakan terus meningkat dari 25 persen pada akhir Maret lalu, menurut Otoritas Pengembangan Investasi Malaysia.

Diketahui juga bahwa Malaysia baru-baru ini mencabut larangan ekspor energi terbarukan, karena keinginan dan target memposisikan diri sebagai pemimpin regional di bidang ini.

Langkah ini memungkinkan perusahaan-perusahaan lokal untuk mengembangkan kapasitas dalam skala besar dan memenuhi permintaan regional.

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sebelumnya meminta lebih banyak dana untuk negara berkembang dalam rangka membantu negara-negara mencapai tujuan ramah lingkungan mereka.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper