Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lagi! The Fed Naikkan Suku Bunga 0,25 Persen, Tertinggi Sejak 22 Tahun

The Fed menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke kisaran 5,25 persen—5,5 persen.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke kisaran 5,25 persen—5,5 persen.

Kenaikan suku bunga itu merupakan yang ke-11 kalinya dilakukan The Fed dalam 12 pertemuan terakhirnya.

"The Federal Open Market Committee [FOMC] akan terus menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata The Fed seperti yang dilansir dari Reuters pada Kamis (27/7/2023).

Sementara itu, seperti yang dikutip dari Bloomberg, kenaikkan suku bunga acuan tersebut merupakan level tertinggi sejak 2001. Selain itu, kebijakan The Fed itu menandai kenaikan ke-11 sejak Maret 2022, ketika angkanya mendekati nol.

The Fed menyatakan komite akan mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter secara kumulatif untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen.

Mengacu pada pernyataan The Fed tersebut, para pejabat membuka opsi untuk menaikkan lagi suku bunga acuan pada pertemuannya berikutnya pada September atau menahan kenaikkan, tergantung pada data yang masuk.

FOMC dalam pernyataannya pada Rabu (26/7/2023) mengulangi uraiannya tentang inflasi menjadi meningkat, dan menaikkan uraiannya tentang pertumbuhan ekonomi menjadi moderat dari sederhana.

FOMC menegaskan kembali sektor perbankan sehat dan tangguh, sambil memperingatkan pengetatan kredit diperkirakan akan membebani ekonomi menyusul kegagalan tiga bank regional AS awal tahun ini.

Sementara itu, laporan harga konsumen Juni menunjukkan perlambatan inflasi menjadi 3 persen dari puncaknya 9,1 persen tahun lalu, para pembuat kebijakan telah menyatakan keprihatinan tentang apa yang disebut inflasi "inti", tidak termasuk makanan dan energi, yang turun lebih lambat.

FOMC memilih inflasi sektor jasa khususnya sebagai kategori yang mereka yakini tetap tinggi karena ketatnya pasar tenaga kerja.

Pejabat Fed juga terkejut dengan ketahanan pertumbuhan ekonomi. Analis mengharapkan laporan triwulan pada produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis pada Kamis untuk menunjukkan ekonomi AS berkembang sebesar 1,8 persen secara tahunan pada periode April hingga Juni.

Beberapa ekonom Wall Street telah menolak seruan untuk resesi tahun ini mengingat kekuatan berkelanjutan dalam aktivitas ekonomi di samping tekanan harga yang surut.

FOMC selanjutnya akan menggelar pertemuan 19 September dan 20 September dan dilanjutkan pada 31 Oktober dan 1 November.

Ketua The Fed, Jerome Powell juga akan memiliki kesempatan untuk mengklarifikasi pandangan bank sentral tentang jalur suku bunga di masa depan pada simposium tahunan Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming, pada akhir Agustus.

"Ke depan, kami akan terus mengambil pendekatan yang bergantung pada data dalam menentukan sejauh mana penguatan kebijakan tambahan yang mungkin tepat," kata Powell pada konferensi pers pasca pertemuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper