Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda membeberkan adanya peningkatan impor seiring pesatnya belanja online melalui platform e-commerce dan social commerce. Bahkan, 74 persen produk yang dijual disebut berasal dari impor.
Hal itu tecermin dengan peningkatan impor barang konsumsi yang terjadi setelah e-commerce boom pada 2015-2016, dan di saat pandemi. Dua tahun lalu, peningkatan impor barang konsumsi mencapai sekitar 20 persen dibandingkan pada 2020.
"Ada korelasi positif antara permintaan belanja online dan impor barang konsumsi. Ini mungkin seller-nya lokal, tapi produk yang dijual itu adalah produk impor, terutama dari China," ujar Nailul dalam diskusi publik secara virtual yang diselenggarakan Indef, Senin (24/7/2023).
Adapun Nailul menyebut bahwa penjualan online melalui social commerce secara global diprediksi meningkat pesat tiga kali lipat pada 2026. Sementara survei Populix pada 2022, Tiktok Shop menjadi platform social commerce terfavorit di masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 50/2020 perlu menekankan ketentuan barang impor. Revisi beleid itu, kata dia harus mencantumkan deskripsi barang impor lebih detail.
Selama ini, e-commerce mengeklaim produk cross border hanya sekitar 7-10 persen. Padahal, di sisi lain banyak produk asal impor yang dijual di platform belanja digital dalam negeri.
Baca Juga
"Kita harus bisa membedakan barang yang dijual itu impor atau barang yang langsung dikirim dari luar," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie mengatakan pemerintah tengah membentuk satuan tugas (satgas) untuk percepatan perlindungan UMKM dari ancaman produk impor di platform social commerce, salah satunya project S TikTok.
Budi Arie menuturkan, satgas itu akan melibatkan banyak kementerian dan lembaga. Salah satunya, Kementerian Perdagangan dalam hal kebijakan impor.
"Terus terang memang kemajuan teknologi ini memerlukan cara berpikir baru untuk mengatasinya," tutur Budie Arie dalam keterangan pers, Senin (17/7/2023).