Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong dukungan dunia internasional untuk membantu percepatan pemulihan ekonomi negara berkembang.
Hal ini disampaikannya dalam pertemuan Tingkat Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan yang ketiga dari Champion Group of the GCRG (Global Crisis Response Group) on Food, Energy, and Finance, pada Jumat (21/7/2023).
Pertemuan ini dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan dihadiri oleh Champions GCRG dari beberapa negara, di antaranya Presiden Persatuan Komoro dan Ketua Uni Afrika (African Union), Presiden Senegal, Perdana Menteri Bangladesh, Perdana Menteri Barbados, dan Sekretaris Jenderal United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD).
Pertemuan Champions Group GCRG tersebut membahas konsensus global dalam mencegah, memitigasi, dan merespons dampak global dari krisis yang saling berhubungan, terkait dengan keuangan, pangan dan pupuk, serta energi, terutama di negara-negara yang rentan terdampak.
Guterres pada kesempatan ini menyampaikan bahwa kondisi separuh dunia saat ini yang tenggelam dalam bencana pembangunan, yang dipicu oleh krisis utang.
“Sekitar 3,3 miliar orang atau hampir separuh manusia di dunia, tinggal di negara-negara yang mengeluarkan uang lebih banyak untuk pembayaran bunga utang daripada untuk pendidikan atau kesehatan,” katanya, mengutip siaran pers, Sabtu (22/7/2023).
Baca Juga
Selain itu, berbagi pengalaman atas strategi untuk mengatasi kerentanan utang, masing masing Champions Group GCRG membentuk respons global yang terintegrasi dalam skala besar, dan memobilisasi tindakan terkoordinasi untuk menangani ketahanan pangan, transisi energi dan keuangan, dengan penekanan pada pengurangan utang.
Airlangga juga menyampaikan berbagai upaya dan pengalaman Indonesia dalam mengatasi masalah kerentanan, terutama terkait krisis pangan, energi dan keuangan, serta pentingnya mengatasi tantangan permasalahan utang di tingkat global.
“Selama Presidensi G20, Indonesia memastikan komitmen anggota G20 untuk melipatgandakan upaya global dalam mengatasi kerawanan pangan. Pada tingkat regional, sebagai Ketua Asean tahun ini, dan ekonomi terbesar di kawasan Asean, dengan pertumbuhan yang termasuk tercepat di dunia, Indonesia mendorong bantuan internasional lebih lanjut, yang berfokus pada negara-negara berkembang yang rentan dan menyambut baik keterlibatan seluruh pemangku kepentingan,” katanya.
Airlangga juga meminta dukungan internasional untuk negara berkembang dalam membangun ketahanan dalam mengantisipasi tantangan di masa depan, terutama di sektor keuangan, energi, dan pangan.
Adapun berdasarkan laporan PBB, disampaikan bahwa least developed countries (LDCs) mengalami tingkat pinjaman delapan kali lebih tinggi dibandingkan negara maju.
Beban keuangan ini dinilai menghambat kemampuan LDCs untuk mendanai investasi vital, menghambat kesinambungan utang, dan kemajuan menuju pembangunan berkelanjutan.
Oleh karenanya, Airlangga menegaskan kembali dedikasi setiap negara untuk menjunjung tinggi semua komitmen yang telah ditetapkan, dalam Kerangka Kerja Bersama untuk Penanganan Hutang di luar DSSI (Debt Service Suspension Initiative).