Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dinilai tidak perlu khawatir terhadap rencana India untuk menghentikan ekspor beras non-basmati.
Guru Besar IPB University Dwi Andreas Santosa menyampaikan, stok beras dalam negeri sudah sangat tercukupi, yakni 1 juta ton dari impor beras yang sebelumnya dilakukan oleh pemerintah sebanyak 500.000 ton pada Desember 2022 dan 500.000 ton dari penugasan 2 juta ton pada tahun ini.
“Sebenarnya untuk sementara sudah mencukupi sehingga 1,5 juta ton sisanya, yang sudah diputuskan oleh pemerintah, itu sebaiknya nunggu dulu perhitungan yang lebih cermat di Agustus,” katanya kepada Bisnis, Kamis (13/7/2023).
Adapun, pada Agustus 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengeluarkan angka sementara untuk produksi padi 2023. Pemerintah juga diimbau untuk mulai menghitung stok beras nasional.
Dari dua data tersebut, kata Dwi, pemerintah bisa memperkirakan dengan tepat berapa banyak kebutuhan beras dalam negeri dan defisitnya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan sebelumnya telah menandatangani MoU untuk mengamankan 1 juta ton beras dari India. Namun demikian, Andreas meminta pemerintah untuk menahan diri karena saat ini, beras yang sudah masuk ke Indonesia sebanyak 1 juta ton.
Baca Juga
Menurut perhitungannya, tahun ini akan terjadi penurunan produksi beras nasional sebesar 5 persen atau setara 1,5 juta ton akibat adanya El Nino. Jika melihat beras yang sudah masuk ke Indonesia sebanyak 1 juta ton, maka Indonesia hanya perlu menambah 500.000 ton beras untuk menutup penurunan produksi dalam negeri.
“Bukan impor dengan ketakutan yang nggak jelas, karena dampaknya ke petani” ujarnya.
Andreas mengungkapkan, petani saat ini tengah menikmati harga yang bagus, di mana harga gabah kering panen berada di kisaran Rp5.000-Rp6.000 per kg. Harga tersebut merupakan harga baik yang tidak pernah terjadi sepanjang puluhan tahun.
Kondisi ini, lanjut dia, perlu dijaga oleh pemerintah mengingat hal tersebut dapat membuat petani bergairah untuk menanam padi. Jika ternyata prediksinya meleset, maka Indonesia bisa saja kelebihan beras dan ini akan menekan harga di tingkat petani. Untuk itu, pemerintah perlu menghindari siklus impor tanpa ada pertimbangan yang jelas.
“Nggak usah khawatir dengan Vietnam mau nurunin ekspornya, India yang tadi katanya mau restriksi impor beras nonbasmati, ya sudahlah karena sudah masuk 1 juta ton saat ini. Kalau masuk 1 juta ton, kalau perkiraan saya turun 5 persen ya tinggal 1,5 juta ton saja yang masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Adapun, India tengah mempertimbangkan untuk menghentikan ekspor beras non-basmati. Hal tersebut dilakukan karena harga dalam negeri yang naik dan pemerintah India ingin menghindari risiko inflasi.
Melansir Bloomberg, Kamis (13/7/2023), menurut data USDA Foreign Agriculture Service, India menjadi pengekspor beras terbesar sepanjang 2022-2023 dengan porsi 40,5 persen. Selain India, ada Thailand dengan porsi sebesar 15,3 persen dan Vietnam 13,5 persen. Jika India menerapkan larangan tersebut, maka ini akan memengaruhi sekitar 80 persen ekspor beras India.