Bisnis.com, JAKARTA - Goldman Sachs Research memprediksi India akan menjadi ekonomi terbesar ke-2 di dunia dan menggeser posisi Amerika Serikat (AS).
Dengan populasi 1,4 miliar orang, produk domestik bruto (PDB) India diperkirakan akan berkembang secara dramatis. Goldman Sachs Research memproyeksikan India akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua atau tepat di bawah China pada 2074.
Ekonom India di Goldman Sachs Research Santanu Sengupta mengatakan kunci untuk mewujudkan potensi dari pertumbuhan populasi di India adalah dengan meningkatkan partisipasi dalam angkatan kerja serta memberikan pelatihan dan keterampilan bagi para pekerja yang jumlahnya sangat banyak.
"Selama dua dekade ke depan, dia menilai rasio ketergantungan India akan menjadi salah satu yang terendah di antara ekonomi-ekonomi regional. Selain itu, populasi India memiliki salah satu rasio terbaik antara populasi usia kerja dan jumlah anak-anak dan lansia.
"Jadi, ini benar-benar merupakan jendela bagi India untuk melakukannya dengan benar dalam hal menyiapkan kapasitas manufaktur, terus mengembangkan layanan, melanjutkan pertumbuhan infrastruktur," ujarnya dalam laporan resmi Goldman Sachs Research dikutip Selasa (11/7/2023).
Baca Juga
India telah membuat lebih banyak kemajuan dalam inovasi dan teknologi yang mungkin tidak disadari oleh beberapa kalangan. India memang memiliki faktor demografi yang mendukung, tetapi itu tidak akan menjadi satu-satunya pendorong PDB.
Santanu Sengupta menilai inovasi dan peningkatan produktivitas pekerja akan menjadi penting bagi negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia ini. Dalam istilah teknis, hal ini berarti output yang lebih besar untuk setiap unit tenaga kerja dan modal dalam perekonomian India.
Selain itu, investasi modal juga akan menjadi pendorong pertumbuhan yang signifikan di masa depan. Didorong oleh demografi yang menguntungkan, tingkat tabungan India kemungkinan akan meningkat dengan turunnya rasio ketergantungan, peningkatan pendapatan, dan pengembangan sektor keuangan yang lebih dalam.
Kondisi ini kemungkinan akan membuat kumpulan modal yang tersedia untuk mendorong investasi lebih lanjut. Dalam hal ini, pemerintah India telah melakukan banyak hal di masa lalu.
"Namun, dengan neraca keuangan yang sehat dari perusahaan-perusahaan swasta dan bank-bank di India, kami percaya bahwa kondisinya kondusif untuk siklus belanja modal sektor swasta," jelasnya.
Lantas, apa yang membuat ekonomi India melampaui AS?
Goldman Sachs menilai ekonomi yang sangat digerakkan oleh permintaan domestik dibandingkan dengan banyak negara lain, terutama di kawasan Asia yang lebih bergantung pada ekspor. Pertumbuhan ekonomi India hingga saat ini terutama didorong oleh konsumsi domestik, sekitar 55-60 persen dari keseluruhan ekonomi, ditambah investasi domestik.
Ekspor bersih selalu menjadi penghambat pertumbuhan, karena India mengalami defisit transaksi berjalan. Namun, Goldman Sachs melihat beberapa kemajuan belakangan ini. Ekspor jasa telah meningkat, dan hal ini sedikit meringankan neraca transaksi berjalan.
Faktor penting lainnya yang perlu diingat adalah bagaimana harga-harga komoditas mempengaruhi ekonomi makro, inflasi, defisit fiskal, dan defisit transaksi berjalan.
"India mengimpor sebagian besar komoditas yang dibutuhkan oleh populasi yang besar. Dan ketika harga-harga komoditas secara global naik, hal ini jelas terlihat pada ketidakseimbangan makro," kata analis Goldman Sachs.
Selama beberapa tahun terakhir, ketidakseimbangan makro ini telah berkurang, dan Anda mendapatkan lebih sedikit kerentanan makro dari, pertama, penargetan inflasi dan, kedua, melalui ekspor jasa, yang melindungi neraca transaksi berjalan.
Terkait komitmen energi hijau, pemerintah India telah mengumumkan bahwa mereka bertujuan untuk mencapai nol emisi bersih pada 2070 dan 50 persen dari kapasitas pembangkit listrik berasal dari sumber non-fosil pada 2030. Pemerintah India juga mendorong kendaraan listrik dan hidrogen hijau, dan menargetkan kapasitas energi terbarukan atau energi bersih sebesar 500 GW pada tahun 2030.
Pada akhirnya, transisi ke energi hijau adalah peluang investasi yang besar, tetapi akan membutuhkan waktu. Untuk sementara, bahan bakar fosil akan menjadi bagian terbesar dari kebutuhan energi hingga India beralih ke energi hijau.