Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Transaksi Dagang Indonesia-Korsel Kalah dari Vietnam

Ini sejumlah alasan Vietnam mampu kalahkan Indonesia soal transaksi dagang dengan Korea Selatan (Korsel).
Suasana bongkar muat kapal kontainer di Terminal Multiguna Pelabuhan Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, Kamis (27/12)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat kapal kontainer di Terminal Multiguna Pelabuhan Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara, Kamis (27/12)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, BEKASI - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) menanggapi pernyataan Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan yang menyebut nilai transaksi perdagangan Korsel-Indonesia hanya sepertiga dari nilai transaksi Korsel-Vietnam.

Duta Besar Korea Selatan (Korsel) untuk Indonesia Lee Sang Deok mengatakan bahwa transaksi perdagangan antara Korsel-Vietnam sangat dipengaruhi oleh investasi perusahaan elektronik Samsung di Vietnam yang sangat besar.

“Cara kerja antara Korea dengan Vitenam dan Korea dengan Indonesia berbeda, khususnya di Vietnam itu Samsung elektronik mereka investasi sebesar sangat, besar sekali. Jadi setahu saya memang dari GDP vietnam kira-kira 25 persennya dari investasi Samsung,” ucap Lee kepada awak media di pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Bojongmangu, Selasa (11/7/2023).

Dengan investasi sebesar itu, dia menjelaskan pabrik-pabrik di Vietnam menjadi pemasok barang ke Korsel. Hal tersebut, kata dia, yang membuat transaksi perdagangan Korsel dengan Vietnam sangat besar.

Dia mengatakan, Korsel sendiri sudah menjajaki untuk meningkatkan investasinya di Indonesia.

“Mereka [pengusaha Korsel] mencari, dan mereka datang ke Indonesia. Oleh karena itu pasti memang antara Korsel dengan Indonesia juga bisa naik. Khususnya kalau industri Indonesia maju dan naik dibanding China Vietnam, pasti memang Korea maunya impor produk-produk dari Indonesia,” jelas Lee.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan nilai perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) jauh lebih kecil dibanding negara tetangga seperti Vietnam. Saat ini, Zulkifli menyebut volume perdagangan Indonesia hanya US$24,5 miliar, sebaliknya antara Korsel dengan Vietnam hampir mencapai US$80 miliar.

“Saya pagi ini senang sekali bisa berada di pabrik yang sangat modern. Waktu dubes bertemu dengan saya di Kemendag, volume perdagangan Indonesia dengan korsel US$24,5 miliar. Padahal korsel dengan Vietnam sudah hampir US$78 miliar, hampir US$80 miliar. Itu karena banyak investasi Korsel di Vietnam,” ujar Zulkifli saat berkunjung ke PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Bojongmangu, Bekas, Jawa Barat, Selasa (11/7/2023).

Menurut menteri yang kerap disapa Zulhas itu pemerintah Indonesia dan Duta Besar Korea Selatan untuk RI, telah sepakat untuk meningkatkan nilai investasi negeri ginseng itu di Indonesia. “Sekali lagi saya dari hati yang tulus karena Korsel sahabat sejati Indonesia. Kita sudah diuji dengan berbagai cobaan dan terbukti Indonesia dengan korsel adalah sahabat sejati. Tapi kok perdagangannya jauh lebih kecil dari Vietnam,” ucap Zulhas.

Selain itu, dia pun berharap, perusahaan mobil Korsel, Hyundai yang ada di Indonesia bisa menjadi motor penggerak untuk mobil listrik di dunia.

“Salah satunya Hyundai, semoga Hyundai ini bisa jadi motor penggerak untuk mobil listrik di Indonesia, dan dengan diproduksi di Indonesia bisa menjadi motor penggerak ekspor mobil listrik dari Indonesia untuk dunia,” ujar Zulhas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper