Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Subendro mengatakan, kejadian penularan antraks dari hewan ternak ke manusia di Gunungkidul beresiko menurunkan minat masyarakat terhadap daging sapi.
Adapun laporan Kementerian Kesehatan dan Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates mencatat selama periode 22 Mei - 5 Juli 2023 sebanyak 85 orang di Candirejo, Gunungkidul dinyatakan positif antraks. Bahkan, tiga warga di antaranya meninggal dunia dengan riwayat aktivitas menyembelih dan mengonsumsi daging hewan ternak yang sakit dan mati karena antraks.
Selama periode tersebut juga tercatat sebanyak 12 ekor ternak mati karena infeksi antraks, dengan rincian enam ekor kambing dan enam ekor sapi.
Karena antraks penyakit yang menular ke manusia, dikhawatirkan anemo masyarakat makan daging sapi akan berkurang," kata Nanang saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (7/7/2023).
Meskipun penularan antraks di antara hewan ternak tidak secepat penyakit mulut dan kuku (PMK) maupun lumpy skin disease (LSD), sapi yang terpapar antraks juga beresiko pada kematian. Antraks, kata Nanang menyebabkan penyusutan bobot dan produksi susu hingga sapi tak laku dijual.
Apalagi sapi yang terinfeksi antraks tidak boleh disembelih dan dikonsumsi. Musabab pemotongan sapi yang terinfeksi dapat menyebarkan spora bakteri antraks ke lingkungan. Hal itu beresiko pada penularan penyakit kepada hewan ternak lain hingga manusia menjadi lebih masif.
Baca Juga
Dia berharap, masyarakat dan peternak bisa teredukasi dengan baik ihwal penanganan hewan yang terinfeksi antraks. Selain itu, pemerintah juga diminta sigap memberikan obat-obatan ternak sebagai upaya menanggulangi dan mencegah penularan penyakit antraks lebih luas.
"Kami sangat menunggu peran aktif dari pemerintah dalam penanganan penyakit ini," kata Nanang.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) mengaku telah mengupayakan sejumlah tindakan pencegahan penularan antraks lebih luas di antara hewan ternak. Isolasi ternak, penutupan sementara lalu lintas ternak di lokasi pusat infeksi, vaksinasi hewan ternak hingga penyemprotan desinfektan pun dilakukan.
Dari stok 110.000 dosis vaksin antraks, Kementan menyebut telah mendistribusikan 96.0000 dosis vaksin operasional ke Gunungkidul. Adapun vaksin antraks yang telah disuntikan di Gunungkidul mencapai 78 ekor sapi dan 286 ekor kambing. Selain itu juga telah dilakukan pengambilan sebanyak 5.707 sampel.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian, Syamsul Ma'arif menyebut wabah penyakit hewan menjadi tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kendati, pengendalian penyakit zoonosis, termasuk antraks juga membutuhkan peran masyarakat. Dia mengimbau masyarakat tidak mengkonsumsi daging ataupun produk dari hewan ternak yang terkena penyakit antraks.
"Kita akan melakukan penelusuran epidemiologi terpadu dari Kementan dan Kemenkes agar sama-sama bisa mengendalikan penyakit ini," kata Ma'arif dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (6/7/2023).