Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi China Masih Lesu, Sektor Manufaktur Loyo, Kualitas Stimulus Kurang?

Perekonomian China pada Juni 2023 masih melesu. Ekonom mengatakan bahwa hal yang dipertanyakan adalah kualitas stimulus dari pemerintah. 
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian China makin melesu di bulan Juni 2023. Hal ini terjadi karena aktivitas manufaktur yang berkontraksi dan sektor lain yang gagal mendapatkan momentum. 

Dilansir dari Bloomberg, Jumat (30/6/2023), Biro Statistik Nasional melaporkan indeks manajer pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) manufaktur mencapai 49, yang menandakan masih berkontraksi dan hampir tidak ada perbaikan dari Mei 2023.

Sementara itu, PMI non-manufaktur yang mengukur aktivitas dalam konstruksi dan jasa, menurun ke 53,2 dari 54,5 di bulan sebelumnya, masih berekspansi namun dengan laju yang lemah. 

“Angka PMI gagal pulih dan memperkuat pesan bahwa ekonomi sedang melambat,” ucap kepala ekonom untuk China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd, Raymond Yeung.

Yeung juga mengatakan bahwa pemerintah sudah memberikan stimulus pertumbuhan. Kini pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan adalah kualitas dari stimulus itu sendiri. 

Ekonom Bloomberg Chang Shu dan Eric Zhu mengatakan bahwa melemahnya sektor jasa dan perlambatan konstruksi menyeret pertumbuhan di sektor non-manufaktur.

“Kontraksi sedikit lebih sempit dalam sektor manufaktur bukanlah hal yang menggembirakan—hal itu hanya mencerminkan adanya lebih banyak hari kerja dalam bulan tersebut.” ujarnya. 

Ekonom Bloomberg mengatakan bahwa data yang lemah pada Jumat memperkuat alasan untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut. 

Kemudian, sebagian besar ahli juga memproyeksikan stimulus tahun ini akan moderat, mengingat ruang lingkup China untuk dukungan moneter dan fiskal telah dibatasi.

Bruce Pang, kepala ekonom dan kepala penelitian untuk China di Jones Lang LaSalle Inc. juga mengatakan bahwa kontraksi permintaan China kini sedang berlangsung dan permintaan luar negeri yang memburuk.

Pang kemudian menambahkan bahwa perusahaan kecil dan swasta menghadapi tekanan yang meningkat. Sementara itu, perusahaan non-manufaktur mengalami PHK yang tajam.

"Semua ini membutuhkan paket dukungan yang lebih kuat untuk mendukung perekonomian yang harus diperkenalkan secepat mungkin," kata Pang.

Seiring dengan dilakukannya pemangkasan suku bunga oleh bank sentral, pemerintah telah memperpanjang keringanan pajak bagi pembeli mobil listrik dan melonggarkan pembatasan pembelian rumah di lebih banyak kota. 

Namun, pemerintah China terlamabt untuk memperkenalkan langkah-langkah tambahan. Tak hanya itu, lebih banyak penurunan suku bunga akan semakin memperlebar perbedaan suku bunga dengan AS yang menambah tekanan penurunan pada nilai tukar yuan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper