Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: Harga Komoditas Turun, Batu Bara Anjlok 63,8 Persen!

Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan harga komoditas unggulan anjlok berjamaah. Bahkan, batu bara sudah turun 63,8 persen!
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa harga komoditas global melanjutkan tren penurunan atau anjlok seiring dengan permintaan yang melemah secara global. Penurunan harga komoditas terjadi merata, mulai dari crude palm oil (CPO) hingga batu bara. 

Sri Mulyani mencontohkan harga gas alam secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) mengalami penurunan sebesar 38 persen. Namun, oenurunan yang signifikan juga terjadi pada komoditas batu bara yang mencapai 63,8 persen ytd. Harga minyak dan CPO juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 14,3 persen dan 15,1 persen ytd.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa penurunan harga komoditas tersebut perlu terus diwaspadai. Kondisi ini menimbulkan dampak pada pelemahan ekonomi dunia.

“Di satu sisi lonjakan harga menyebabkan inflasi, namun di sisi lain menyebabkan pelemahan ekonomi, baik di negara maju maupun di negara berkembang,” katanya dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (26/6/2023).

Sri Mulyani menyampaikan bahwa perekonomian global masih menghadapi situasi yang sangat tidak pasti, bahkan diperkirakan berlanjut pada 2024.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan volume perdagangan global pada 2023 hanya tumbuh 2,4 persen, melemah dari pertumbuhan pada 2022 sebesar 5,1 persen dan pada 2021 yang mencapai 10,6 persen.

Sejalan dengan itu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 hanya akan mencapai 2,7 persen.

Senada, Bank Dunia juga memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh sebesar 2,1 persen tahun ini, juga proyeksi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang hanya sebesar 2,7 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper