Bisnis.com, BADUNG - Perubahan mindset sumber daya manusia (SDM) industri hulu minyak dan gas bumi (migas) menjadi salah satu kunci untuk mencapai target produksi migas 1 juta bopd dan 12 juta Bscfd.
Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf mengatakan, sektor hulu migas hanya memiliki waktu kurang dari 7 tahun untuk mewujudkan visi besar 1 juta bopd dan 12 Bscfd produksi migas pada 2030.
Guna mencapai target tersebut, menurut Nanang, para leaders maupun para pekerja industri hulu migas perlu mengubah mindset dalam bekerja, yakni menanamkan pendekatan business-not-as-usual. Selain itu, dua hal yang perlu ditanamkan dalam mendorong perubahan mindset adalah sense of crisis dan sense of urgency.
"Waktu 7 tahun ini adalah waktu yang sangat singkat untuk bisnis hulu migas. Karenanya, setiap potensi kehilangan produksi atau mundurnya proyek yang akan menjauhkan kita dari visi besar kita, harus kita sikapi dengan sense of crisis dan sense of urgency," ujar Nanang dalam pembukaan The 13th Indonesia Human Resource Summit (IHRS) 2023 di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Senin (19/6/2023).
Selain itu, sense of crisis dan sense of urgency juga dibutuhkan untuk memitigasi kecelakaan kerja di industri hulu migas. Nanang menuturkan, tingkat kecelakaan kerja di industri hulu migas di Indonesia memang masih di bawah rata-rata tingkat kecelakaan secara global. Namun, pelaku usaha industri hulu migas perlu memastikan bahwa tidak ada insan pekerjanya yang mengalami kecelakaan kerja.
"Pekerjaan masif dan agresif yang kita kerjakan tidak sama sekali dimaksudkan bahwa kita akan menafikan aspek keselamatan,karena keselamatan kerja dan lingkungan selalu menjadi spirit industri hulu migas. Pertanyaannya kembali ke kita semua, sejauh mana kita sudah membudayakan sikap sense of crisis dan sense of urgency terhadap kejadian atau potensi kecelakaan kerja di tempat kita masing-masing," katanya.
Baca Juga
Seperti halnya mengubah kebiasaan, Nanang mengatakan, perubahan mindset bukanlah perkara yang mudah dan tidak akan selesai dalam waktu satu hari saja. Perlu strategi yang cermat dan praktik berulang sehingga mindset baru akan benar-benar terinternalisasi.
“Dalam acara IHRS inilah pentingnya peran fungsi SDM untuk melakukan human resources engineering yang dapat mempercepat dan memperkuat proses perubahan mindset ini,” ungkapnya.
Adapun, IHRS tahun ini mengangkat tema 'Redefining Human Capital: Inspiring People to Take Action: Think B.I.G, Win B.I.G.' untuk menjawab tantangan-tantangan yang muncul di dunia kerja saat ini.
“Dengan mengikuti The 13th IHRS 2023, para peserta mempunyai kesempatan untuk menggali tren, teknologi terkini, serta strategi utama di berbagai ruang sumber daya manusia yang berubah dengan cepat. IHRS tahun ini diharapkan dapat mendorong para pesertanya untuk berpikir lebih luas, mengubah paradigma yang telah ada, dan memotivasi mereka untuk mengenali potensi, memperluas batasanbatasan yang ada, serta mengambil langkah nyata untuk mencapai tujuan organisasi dan individu,” jelas Chairwoman The 13th Indonesia HR Summit Mira Tripuspita.
Mira menuturkan, tahun ini, IHRS diikuti oleh tidak kurang dari 1.000 orang praktisi SDM yang berasal dari beragam industri antara lain minyak dan gas, perbankan, asuransi, kesehatan, perusahaan rintisan, pertambangan, akademisi, manufaktur, dan lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti mengatakan, gelaran IHRS memiliki peran penting dalam mendorong peningkatan kualitas SDM di Tanah Air. Melalui kegiatan ini, para peserta dapat memperluas pengetahuan mereka tentang perkembangan terkini dalam bidang SDM.
“Melalui presentasi, diskusi, dan pameran, para peserta dapat mempelajari praktik terbaik, tren, dan inovasi dalam manajemen SDM. Ini dapat membantu mereka dalam menghadapi tantangan baru dengan wawasan yang selalu dikembangkan. Selain itu, IHRS juga menjadi platform bagi para profesional SDM untuk bertemu, berinteraksi, dan berbagi pengalaman. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan dapat membantu para peserta untuk mengadopsi praktik dan strategi terbaik dalam pengelolaan SDM,” kata Shinta.