Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diminta menyiapkan setidaknya dua langkah untuk mengantisipasi fenomena El Nino agar ketersediaan pangan, khususnya beras bisa aman.
Guru Besar IPB University Dwi Andreas Santosa mengatakan, dua langkah tersebut adalah mempermudah akses petani untuk memperoleh bahan bakar minyak (BBM) khususnya solar dan menjaga harga gabah atau padi tetap menguntungkan usaha tani.
Menurutnya, upaya itu bisa mencegah penurunan produksi padi akibat El Nino. Dia memperkirakan, El Nino yang mengakibatkan penurunan volume air untuk pertanian bakal membuat produksi padi turun sekitar 5 persen. Adapun, Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi pada 2023 mencapai 54,5 juta ton.
“Kalau masalah produksi itu akibat El Nino ini prediksi saya turun 5 persen dari target tahun ini produksinya [padi]. El Nino kan masalah air, jadi pemerintah harus membantu petani memperoleh akses air. Kalau memperbaiki dam-dam itu terlambat orang ini udah musim kemarau. Harusnya tahun kemarin disiapkan tapi kan nggak,” ujar Andreas saat dihubungi Bisnis, Senin (12/6/2023).
Dia mengungkapkan, kondisi petani saat ini masih mengkhawatirkan lantaran untuk produksi pun masih sulit, khususnya mengakses Solar. Padahal, BBM tersebut dibutuhkan untuk menyedot air dari sungai atau sumur dalam mengairi sawah petani.
“Saat ini bagaimana Solar harus gampang tersedia untuk petani, khususnya Solar subsidi. Mereka kesulitan mengakses loh. Apalagi kalau wilayah terpencil ini. SPBU itu kan ada di kabupaten-kabupaten, sedangkan pertanian itu di pedesaan banyaknya. Dari pada bagi-bagi pompa, penyelewengannya juga luar biasa,” katanya.
Baca Juga
Selain ketersediaan BBM, untuk mengantisipasi El Nino pemerintah pun diharapkan agar dapat mengupayakan harga gabah bisa terus menguntungkan petani. Sebab, dengan harga yang menguntungkan, gairah petani untuk bercocok tanam pun semakin meningkat.
Menurut Andreas, manajemen impor pun harus disiasati agar tidak berdampak buruk terhadap harga gabah.
“Jangan impor-impor mulu yang dibahas. Makanya saya usul agar impor nanti saja diputuskan setelah Agusutus [setelah panen raya] agar bisa ditentukan dulu produksi dalam negeri berapa. Ini kan impor sudah sejak Maret diumumkan,” ucap dia yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu.
Saat ini, kata Andreas, harga gabah yang berada di kisaran Rp5.500-Rp6.000 per kilogram (kg) cukup menguntungkan usaha tani.
Berdasarkan data BPS, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Mei 2023 di kisaran Rp5.583 per kg, naik 25,13 persen dibandingkan Mei 2022. Kemudian, harga gabah kering giling (GKG) Mei 2023 berada di kisaran Rp6.158 per kg, naik 19,84 persen dibandingkan Mei 2022.
“Ketika harga gabah baik, petani gairah tanam. Mereka kan punya modal untuk produksi. Ketika petani bergairah, prediksi saya mudah-mudahan bisa meleset yang penurunan produksi 5 persen itu,” tutur Dwi Andreas.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, El Nino adalah suatu fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. El Nino dapat berdampak terhadap cuaca di Indonesia, di mana fenomena tersebut dapat mengurangi curah hujan yang terjadi.
Selain itu, kondisi tersebut juga bisa memicu kondisi kekeringan di wilayah Indonesia yang tentu akan mengkhawatirkan. Kekeringan atau kemarau panjang bisa menyebabkan masalah, contohnya pada sektor pertanian yang mungkin mengalami gagal panen.