Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ngeri! New York Terancam Tenggelam, Sama Seperti Jakarta

New York, kota di Amerika Serikat diprediksi bakal tenggelam berdasarkan hasil riset terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Earths Future. Apa penyebabnya?
Pemandangan gedung bertingkat dan Manhattan Bridge di New York, Amerika Serikat. Dok. Freepik.
Pemandangan gedung bertingkat dan Manhattan Bridge di New York, Amerika Serikat. Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA - New York, kota di Amerika Serikat terancam tenggelam akibat beban luar biasa dari gedung-gedung pencakar langit dan ancaman banjir yang ditimbulkan oleh naiknya permukaan air laut.

Melansir TheGuardian, Selasa (6/6/2023), kota yang dijuluki Big Apple ini diprediksi akan tenggelam berdasarkan penelitian terbaru. Hal ini dikarenakan adanya penurunan rata-rata air laut sekitar 1-2 mm setiap tahunnya, dengan beberapa wilayah di New York City mengalami penurunan dua kali lipat dari angka tersebut, demikian menurut para peneliti.

Adanya kenaikan permukaan air laut yang melaju sekitar dua kali lipat dari rata-rata global saat gletser di dunia mencair akibat pemanasan global memperburuk keadaan kota tersebut.

Saat ini air yang mengapit Kota New York telah meningkat sekitar 9 inci atau 22 cm, sejak tahun 1950 dan peristiwa banjir besar akibat badai bisa terjadi hingga empat kali lebih sering daripada sekarang pada akhir abad ini karena kombinasi kenaikan permukaan air laut dan badai yang diperkuat oleh perubahan iklim.

"Populasi yang mencapai 8,4 juta orang menghadapi berbagai tingkat bahaya dari genangan air di New York City," tulis para peneliti dalam studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Earth's Future.

Para penulis menambahkan bahwa risiko yang dihadapi oleh New York akan dirasakan oleh banyak kota pesisir lainnya di seluruh dunia seiring dengan semakin parahnya krisis iklim.

"Kombinasi penurunan permukaan tanah tektonik dan antropogenik, kenaikan permukaan air laut, dan meningkatnya intensitas badai menyiratkan adanya masalah yang semakin parah di sepanjang wilayah pesisir dan tepi sungai," tulis mereka.

Tren ini diperburuk oleh banyaknya infrastruktur yang dibangun di New York City. Para peneliti menghitung bahwa struktur kota, termasuk Empire State Building dan Chrysler Building yang terkenal, memiliki berat total 1,68 ton, yang secara kasar setara dengan berat 140 juta ekor gajah.

Peneliti mengatakan berat gedung tersebut menekan berbagai macam material yang berbeda yang ditemukan di tanah kota New York.

Sementara banyak bangunan terbesar ditempatkan di atas batuan dasar yang kokoh, seperti sekis, ada campuran pasir dan tanah liat lain yang telah dibangun, menambah efek penurunan tanah yang secara alami terjadi di sebagian besar pantai timur AS.

"Ini bukan sesuatu yang harus segera dikhawatirkan, tapi ada proses yang sedang berlangsung yang meningkatkan risiko genangan air akibat banjir," ujar Tom Parsons, ahli geofisika dari US Geological Survey, yang memimpin penelitian baru ini.

Tom menjelaskan, semakin lunak tanah, maka semakin banyak kompresi yang terjadi akibat bangunan. Menurutnya, bukan sebuah kesalahan untuk membangun gedung-gedung besar di New York, tapi harus diingat bahwa setiap kali membangun sesuatu gedung di sana, maka akan menekan tanah sedikit lebih dalam.

Pada 2012, New York dihantam Badai Sandy, yang membanjiri beberapa bagian kereta bawah tanah dan menyebabkan kerusakan yang meluas, termasuk pemadaman listrik.

Kemudian, pada 2021, Badai Ida membanjiri beberapa wilayah kota, menyebabkan beberapa orang tenggelam. Para ilmuwan mengatakan badai tersebut semakin parah akibat pemanasan global.

Tidak hanya New York, sebelumnya Jakarta juga diramalkan bakal tenggelam. Sebuah organisasi ilmuwan dan komunikator Amerika Serikat, Climate Central, memprediksi sebagian wilayah utara DKI Jakarta bakal tenggelam pada 2030.

Perubahan iklim pada masa depan menjadi faktor utama yang membuat sebagian daerah tersebut hilang tersapu air. Dikutip dari laman resmi Climate Central pada Sabtu (22/10/2022), ditampilkan bahwa sebagian Kawasan Pantai Indah Kapuk hingga daerah Pelabuhan Cituis yang berada di wilayah utara Banten akan hilang digenangi oleh air laut.

Sementara itu, wilayah-wilayah yang berada di utara Jakarta seperti Marunda hingga ke bagian utara Bekasi juga akan tenggelam. Dalam peta yang dirilis Climate Central tersebut juga memperlihatkan bahwa hampir sebagian besar wilayah pantai utara Pulau Jawa akan ikut rata dengan air laut.

Adapun, peta kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir di Climate Central didasarkan pada ilmu yang ditinjau oleh ilmuan terkemuka.

Peta-peta tersebut menggabungkan kumpulan data besar, yang selalu menyertakan beberapa kemungkinan kesalahan, peta-peta itu dapat dianggap sebagai alat penyaringan untuk mengidentifikasi tempat-tempat yang mungkin memerlukan penyelidikan risiko yang lebih dalam.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper