Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong pengembangan industri hijau di Papua seiring besarnya potensi sumber energi baru dan terbarukan (EBT) di wilayah timur Indonesia itu.
Berdasarkan hitung-hitungan Kementerian ESDM, potensi EBT di Bumi Cenderawasih itu mencapai 380 gigawatt (GW) atau mengambil porsi 12,66 persen dari keseluruhan potensi EBT nasional di level 3.000 GW saat ini.
“Selain pengembangan industri hijau di Pulau Kalimantan, Pulau Papua juga punya potensi yang sangat besar bagi pengembangan industri hijau ke depan. Hal ini karena Pulau Papua punya potensi EBT sekitar 380 GW,” kata Arifin dalam acara Bisnis Indonesia Green Economy Forum 2023, Selasa (6/6/2023).
Arifin menuturkan, sebagian besar potensi EBT Papua itu ditopang oleh sumber energi surya dan hidro. Menurut dia, potensi EBT itu dapat menjadi modal yang kuat untuk menunjang pengembangan industri hijau di kawasan tersebut ke depan.
Apalagi, kata dia, biaya investasi untuk pembangunan pembangkit listrik EBT makin susut dari tahun ke tahun seiring dengan penurunan biaya komponen produksi. Dengan demikian, dia mengatakan, ongkos produksi dan kelistrikan dari pembangkit EBT dapat lebih kompetitif untuk menunjang industri baru nantinya.
“Biaya pembangunan pembangkit listrik EBT mengalami penurunan yang cukup tajam, yakni dengan penurunan harga baterai lithium hingga 97 persen dalam 30 tahun terakhir,” kata dia.
Baca Juga
Sementara itu, pemerintah menargetkan seluruh permintaan listrik dalam negeri bakal dipasok lewat pembangkit EBT pada 2060. Arifin mengatakan, kapasitas terpasang pembangkit EBT saat itu diharapkan dapat mencapai di 700 GW.
Adapun, hitung-hitungan itu mengacu pada peta jalan Net Zero Emission (NZE) sektor energi Indonesia hingga 2060 mendatang. Sementara itu, Kementerian ESDM memperkirakan Indonesia butuh investasi lebih dari US$1 triliun untuk beralih ke NZE sampai 2060. Apalagi, secara bertahap pemerintah bakal menghentikan kontrak pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara lebih cepat.
Dia mengatakan, kementeriannya tengah berupaya untuk meningkatkan kapasitas terpasang listrik bersih itu lewat pembangunan infrastruktur super grid dan smart grid yang masif beberapa tahun ke depan. Harapannya, konektivitas antarpulau dapat meningkatkan untuk mempertemukan pasokan dengan permintaan listrik bersih tersebut.
“Diperlukan pembangunan infrastruktur super grid dan smart grid sehingga bisa meningkatkan konektivitas antarpulau, mengurangi dampak intermitensi, mengatasi divergensi sumber energi terbarukan lokal dan lokasi permintaan energi listrik yang tinggi,” kata dia.