Bisnis.com, JAKARTA -Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengaku heran dengan realisasi nilai perdagangan Indonesia dan Arab Saudi yang masih kecil kendati sudah berhubungan lebih dari 1 abad.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyelenggarakan Forum Bisnis Indonesia-Arab Saudi guna mempertemukan pelaku usaha kedua negara di Jakarta pada Selasa (30/5/2023). Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan perdagangan kedua negara yang saat ini dinilai masih belum optimal.
Mendag Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan nilai perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi masih kecil. Padahal, hubungan Indonesia dengan negara petro dollar itu sudah lebih dari 1.000 tahun. Zulhas menuturkan, China, Amerika hingga Vietnam justru lebih besar nilai perdagangannya dengan Arab dibanding Indonesia.
Menurut catatan Kemendag pada Januari-November 2022 total perdagangan Indonesia-Arab Saudi mencapai US$7 miliar atau meningkat 45,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$4,8 miliar. Sementara itu total perdagangan kedua negara pada 2021 mencapai US$5,5 miliar.
“Padahal hubungan Indonesia dengan Arab Saudi sudah 1.440 tahun Indonesia dengan Arab Saudi tapi [nilai perdagangan] kecil. Kita kalah sama Vietnam, Thailand, apalagi dengan Tiongkok. Arab itu ikan patinnya aja Thailand loh yang menyediakan,” ujar Zulhas, Selasa (30/5/2023).
Dia mengatakan sejak menjadi Mendag, dirinya sudah ke berkunjung ke Arab Saudi sebanyak 3 kali. Namun, dia mengaku heran, nilai perdagangan Indonesia tidak kunjung meningkat dengan negara pimpinan Raja Salman tersebut.
Baca Juga
“Saya 3 kali ke Arab Saudi bertemu dengan Dr. Majid bin Abdullah [Menteri Perdagangan dan Perindustria], diskusi berkali kali. Ketika Raja Salman kesini [2017] saya yang menerima karena waktu itu Ketua MPR. Saya ketemu Raja Salman 2 kali. Pertemuan dengan Kementerian sering tapi dagangnya gak maju-maju,” tutur Zulhas.
Menurut dia, sebenarnya hubungan perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi relatif maju, namun dalam skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Bukan skala antar perusahaan besar seperti terjadi ke negara-negara seperti Cina dan Eropa.
“Mudah mudahan langkah kita tepat. Kita dengan Arab berkembang tapi kelasnya UMKM. Urusan haji, tenaga kerja, umroh, sumbangan pesantren. Bagus sih tapi kecil. Rupanya ada gap komunikasi yang besar antara pengusaha dagang sana dengan pengusaha besar kita. Mungkin ada komunikasi yang tidak sambung atau apa, ini yang coba kita sambung,” ujar Zulhas.
Lebih lanjut, dia menambahkan business matching nanti akan mempertemukan 10 pengusaha besar asal Arab Saudi dan 10 perusahaan besar Indonesia yang akan diselenggarakan malam hari ini. Adapun sektornya usaha yang terlibat nanti mulai dari energi, infrastruktur hingga ritel.
“Saya ingin mempertemukan, rangking 1-10 pengusaha Indonesia. Ketemunya dengan Arab Saudi. Ada tuan rumah dengan Boy Tohir dan Anthony Salim dari Indonesia. Perkenalan, pertemuan. Mudahan-mudahan setelah itu saling berkunjung. Kira kira itu intinya. Nanti malam sampai besok kita laksanakan [business matching]. Tidak akan ada pidato-pidato lagi,” jelas Zulhas.