Bisnis.com, JAKARTA - Cuaca panas ekstrem yang melanda wilayah Asia dalam beberapa pekan terakhir dapat membuat beberapa negara tertarik untuk membeli energi dari Rusia.
Mengutip dari Bloomberg, negara-negara seluruh dunia berusaha untuk memastikan mereka memiliki cadangan batu bara, gas, dan minyak bahan bakar yang cukup agar lampu tetap menyala dan AC beroperasi.
Hal ini dapat menjadi tarikan dari ekonomi Asia yang khawatir pembangkit listrik mereka memiliki suplai yang cukup untuk melewati tahun terpanas dalam catatan sejarah.
"Ketika Anda bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar rakyat Anda, sangat sulit untuk terlalu peduli dengan urusan internasional." ucap Direktur JTD Energy Services Pte di Singapura John Driscoll, Senin (22/5/2023).
Driscoll mengatakan bahwa Asia Selatan memiliki suhu yang paling panas, terutama pada negara-negara miskin seperti Pakistan atau Bangladesh.
Menurut data perusahaan intelijen data Kpler, dua bahan bakar yang sering digunakan untuk pembangkit listrik, ekspor batu bara termal dan gas alam Rusia ke Asia meningkat signifikan pada 2023.
Jumlah volume batu bara melonjak tajam menjadi 7,46 juta ton pada April 2023, sepertiga lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pengiriman gas alam cair ke Asia juga terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah harga menurun dari level tertinggi.
Baca Juga
Kemudian, impor Asia dari minyak bahan bakar Rusia yakni alternatif yang lebih ‘kotor’ dan lebih murah, mencatatkan dua bulan tertinggi sepanjang sejarah pada Maret dan April 2023. Pola cuaca El Nino diperkirakan menjadi dorongan wilayah tersebut untuk membeli lebih banyak energi Rusia.
Menurut perhitungan Bloomberg dari data Kpler, China dan India menjadi pembeli batu bara, gas, dan bahan bakar minyak paling banyak. Merekamengambil lebih dari dua per tiga batu bara Rusia yang dikirim ke Asia bulan lalu.
Berikutnya, Korea Selatan diketahui meraup 15 persen dari pengiriman komoditas energi Rusia. Vietnam, Malaysia dan Sri Lanka juga menjadi pembeli yang signifikan.
Untuk bahan bakar minyak Rusia, China dan India menjadi pembeli terbesar. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga menjadi importir utama komoditas minyak Moskow.
Menurut analis Vortexa Emma Li, Bangladesh, Pakistan, dan Sri Lanka mungkin akan mengimpor lebih banyak bahan bakar minyak Rusia untuk pembangkit listrik. Baru-baru ini, Timur Tengah juga meningkatkan impornya dan mungkin akan berlanjut selama musim panas.
Analis senior untuk energi terbarukan di Rystad Chris Wilkinson mengatakan bahwa Jepang yakni sekutu dekat AS mungkin memperluas pembelian dalam batas kontrak.
“Jepang dapat mempertimbangkan untuk membeli lebih banyak LNG dari Rusia di bawah kontrak jangka panjang yang ada, karena lebih hemat biaya dari pada membeli di pasar spot,” katanya.
Driscoll bahkan mengatakan bahwa peningkatan pembelian energi Rusia oleh banyak negara Asia menyoroti penurunan pengaruh Gedung Putih dan situasi berbahaya yang sedang dihadapi banyak negara.
“Ketika ada tawaran bagus di atas meja, bagaimana negara-negara miskin bisa menolak?” ucapnya, dalam menimbang apakah negara akan mengambil risiko berselisih dengan AS atau melupakan diskon energi yang besar.