Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan empat tantangan berat yang dihadapi negara berkembang pasca pandemi Covid-19.
Hal ini disampaikannya dalam sesi dialog G7 Finance Ministers and Central Bank Governors’ Meeting pada Jumat (12/5/2023).
Sri Mulyani mengatakan bahwa negara berkembang saat ini masih dibayangi oleh risiko scarring effect dari pandemi Covid-19, juga tensi geopolitik yang masih berlangsung dan risiko dari pengetatan kebijakan moneter global.
“Dalam diskusi tersebut, saya sampaikan bahwa negara berkembang masih mengalami risiko scarring effect sebagai dampak pandemi, tensi geopolitik yang terus menguat, dan efek rambatan dari kebijakan pengetatan moneter,” katanya melalui unggahan di akun Instagram @smindrawati, dikutip Sabtu (13/5/2023).
Di samping itu, Sri Mulyani menyampaikan bahwa high-cost financing juga menjadi salah satu tantangan berat bagi negara berkembang.
Oleh karena itu, dibutuhkan peran dari negara anggota G7 dan G20 untuk mendukung dan mengharmonisasikan dari sisi kebijakan.
Baca Juga
“Multilateral development bank pun perlu meningkatkan kapasitas untuk mengatasi permasalahan global seperti perubahan iklim, krisis pangan, dan pandemi,” jelasnya.
Dalam hal ini, imbuh Sri Mulyani, Indonesia bersama dengan negara anggota G20 telah membentuk Pandemic Fund untuk menguatkan kemampuan dan kesiapan negara berkembang dalam merespons risiko pandemi selanjutnya secara lebih baik.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pembiayaan untuk pengembangan infrastruktur negara berkembang juga perlu mendapat dukungan dari negara maju.
“Pendanaan infrastruktur yang terjangkau tentu akan sangat membantu negara berkembang dalam memacu pertumbuhan ekonominya,” tutur Sri Mulyani.