Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) mengungkap pemicu belum optimalnya operasional Proyek Strategis Nasional (PSN) Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. Bahkan beberapa tahun lalu bandara berkode KTJ ini sempat "mati suri".
Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang, Wahyu Utomo, mengatakan Bandara Kertajati dapat dikatakan salah satu PSN yang belum sukses karena kurangnya infrastruktur konektivitas yang menghubungan langsung ke Bandara Kertajati, salah satunya Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).
"Kalau sukses sudah contohnya MRT tapi kalau yang belum sukses contohnya Bandara Kertajati, kenapa? Karena berkaitan langsung dengan Tol Cisumdawu," kata Wahyu dalam agenda Sewindu PSN, Senin (8/5/2023).
Wahyu menerangkan, kondisi tersebut memang menjadi pembelajaran pemerintah dalam membangun PSN. Pasalnya, selain aksesibilitas yang kurang, Bandara Kertajati dinilai kurang memperhatikan ekosistem di sekitar, sehingga fasilitas penunjang pun masih kurang.
Bandara Kertajati dinilai dapat lebih optimal pemanfaatannya setelah Tol Cisumdawu beroperasi penuh yakni pada Juni 2023. Dengan demikian, menurut Wahyu, keselarasan antara pembangunan PSN dan infrastruktur konektivitas penting untuk disinkronisasi.
Sebagaimana diketahui, Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) Seksi 4-6 Cimalaka–Dawuan ditargetkan rampung pada akhir Mei 2023 dan dapat beroperasi penuh pada Juni 2023.
Baca Juga
Pada Desember 2022, Jalan Tol Cisumdawu seksi 1-3 dari Cileunyi ke Cimalaka sepanjang 32,5 km telah operasional. Dengan demikian, Tol Cisumdawu telah tersambung utuh sepanjang 62 km dari ruas Tol Cipularang hingga ruas Tol Cipali.
"Itu adalah salah satu contoh dimana mungkin kecepatan pembangunannya tidak sama karena ada masalah kalau jalan tol itu kan susah bebasin tanahnya, ini yang menjadi catatan kita ke depan," ujarnya.
Padahal, jalan tol dinilai memiliki nilai manfaat yang tinggi hanya saja perlu solusi cepat untuk menyelesaikan malasah-masaah tersebut agar dapat berdampak positif pada aset dan proyek di sekitarnya.
Berkaitan dengan ekosistem, Bandara Kertajati disebut belum meningkatkan fasilitas penunjang seperti penginapan, kesiapan wilayah akan penyediaan rumah sakit hingga pemadam kebakaran.
"Nah ini yang pada waktu itu karena kecepatan yang terlalu cepat sehingga mungkin ada hal-hal yang perlu dipelajari oleh kita," ungkapnya.