Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Resesi AS, JPMorgan: Investor Pilih Investasi Emas dan Teknologi

Ahli strategi JPMorgan melaporkan investor kini lebih condong pada emas dan saham teknologi seiring menguatnya risiko resesi AS
Papan nama JPMorgan Chase & Co. di Paris, Prancis/ Bloomberg - Nathan Laine
Papan nama JPMorgan Chase & Co. di Paris, Prancis/ Bloomberg - Nathan Laine

Bisnis.com, JAKARTA - Ahli strategi JPMorgan Chase & Co. mengatakan bahwa investor cenderung akan memilih emas dan saham teknologi dengan harapan taruhan tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap kemungkinan resesi di AS.

Ahli strategi JPMorgan, termasuk Nikolaos Panigirtzoglou dan Mika Inkinen, mengatakan bahwa perdagangan dengan durasi jangka panjang diekspresikan dalam berat emas, saham perusahaan teknologi, dan mata uang dalam konteks penjualan dolar AS. 

Namun, taruhan ini masih jauh dari banyaknya peminat dalam hal suku bunga karena kurva imbal hasil yang sangat terbalik.

"Krisis perbankan AS telah meningkatkan permintaan emas sebagai proksi untuk suku bunga riil yang lebih rendah serta lindung nilai terhadap 'skenario bencana'," tulis para ahli strategi tersebut, mengutip dari Bloomberg pada hari Jumat (5/5/2023). 

JPMorgan mengatakan bahwa jangka panjang telah menjadi konsensus dalam beberapa bulan terakhir.

Perdagangan seperti hal tersebut relatif menarik, dikarenakan membatasi penurunan dalam skenario resesi AS yang ringan dan memberikan banyak keuntungan dalam resesi yang lebih dalam. 

Selain itu, berdasarkan laporan dari para ahli strategi, diketahui bahwa saham teknologi di pasar saham global telah mengalami peningkatan tajam tahun ini.

Hal ini memberikan tanda bahwa keseluruhan dunia cenderung memilih sektor teknologi. Bahkan sektor teknologi memiliki minat jangka pendek yang paling rendah di sektor saham Amerika Serikat.

Selanjutnya, para investor memang berbondong-bondong pada emas. Namun investor ritel juga meningkatkan eksposur ke Bitcoin. 

Sedangkan dalam kredit, investor membeli obligasi korporasi peringkat investasi jangka panjang. Hal ini lantaran obligasi korporasi tingkat tinggi memiliki durasi lebih lama yakni 7-8 tahun. 

Sebagai catatan, durasi tersebut sekitar dua kali lipat dari obligasi korporasi dengan imbal hasil yang tinggi. 

Lalu dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa dalam mata uang, investor menyatakan perdagangan durasi dengan menjual dolar AS, mengingat korelasi negatif yang kuat antara obligasi AS dan kinerja Indeks Dolar AS (DXY). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper