Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia atau World Bank merilis metodologi baru dan meningkatkan perlindungan untuk menilai iklim bisnis di 180 negara.
Metodologi baru ini diluncurkan menyusul pengungkapan penyimpangan data dan keberpihakan kepada China, yang memaksa bank multilateral ini membatalkan peringkat negara tersebut dua tahun lalu.
Bank Dunia membatalkan peringkat "Doing Business" pada September 2021 menyusul audit internal dan penyelidikan independen yang menemukan bahwa para pemimpin senior Bank Dunia telah menekan staf untuk mengubah data agar menguntungkan China.
Bank Dunia menyebut adanya penyimpangan data yang juga mendongkrak peringkat negara lain, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Azerbaijan.
Edisi perdana dari seri peringkat tahunan pengganti yang disebut "Business Ready" akan diterbitkan pada musim semi 2024, yang mencakup kelompok awal 54 negara di Asia, Amerika Latin, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Sub-Sahara.
Lebih banyak negara akan ditambahkan dalam dua tahun ke depan seiring dengan penyempurnaan metodologi dan peningkatan proyek baru ini. Adapun metodologi ini bertujuan untuk membantu negara-negara menarik investasi dan meningkatkan lapangan kerja dan produktivitas untuk mempercepat pembangunan.
Baca Juga
"Business Ready ... mencerminkan pendekatan yang lebih seimbang dan transparan dalam mengevaluasi iklim bisnis dan investasi sebuah negara," kata Bank Dunia dalam pernyataan resminya, dikutip Selasa (2/5).
Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill mengatakan bahwa pendekatan baru ini memungkinkan pengukuran yang lebih lengkap dan lebih akurat terhadap iklim investasi di berbagai negara. Menurutnya, hal ini sangat dibutuhkan di tengah-tengah ekonomi global yang sedang mengalami perlambatan.
"Business Ready" dibentuk berdasarkan rekomendasi dari para ahli Bank Dunia, pemerintah, sektor swasta, dan kelompok-kelompok masyarakat sipil, dan untuk pertama kalinya memasukkan hak-hak pekerja, seperti yang ditetapkan oleh Organisasi Buruh Internasional, sambil mengakui bahwa regulasi juga memiliki aspek positif.
" Poin utama bagi kami adalah kami perlu memastikan integritas data dan kami memiliki pendekatan yang sangat komprehensif untuk melakukannya," ujar direktur Kelompok Indikator Bank Dunia Norman Loayza, yang memimpin proyek ini.
Untuk memastikan transparansi penuh, Loayza mengatakan bahwa Bank Dunia akan mempublikasikan semua data yang terkumpul, baik itu data mentah, skor, dan perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan skor dari kontributor sektor swasta, serta dari survei-survei terhadap para wirausahawan, pemilik dan manajer perusahaan.
Bank Dunia juga akan menyediakan perangkat yang dibutuhkan oleh pihak luar untuk mereplikasi hasil penilaian data tersebut.
Namun para pejabat Bank Dunia masih memperdebatkan apakah akan menghidupkan kembali peringkat iklim usaha yang menjadi inti dari kontroversi "Doing Business" atau membuat indeks secara keseluruhan.