Bisnis.com, JAKARTA – Federal Reserve atau The Fed diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (Bps) sebagai upaya menekan inflasi yang masih tak kunjung melandai, bahkan ketika risiko terhadap ekonomi Amerika Serikat (AS) meningkat.
Melansir dari Bloomberg, Minggu (30/4/2023), The Federal Open Market Committee (FOMC) diperkirakan akan meningkatkan target suku bunga pinjaman sebesar seperempat poin persentase lagi pada Rabu mendatang.
Hal tersebut menandai kenaikan ke-10 berturut-turut sejak Maret tahun lalu. Meskipun upaya para pejabat telah membantu mengurangi tekanan harga dalam perekonomian AS, inflasi tetap jauh di atas target mereka.
Pada saat yang sama, angka pertumbuhan kuartal pertama minggu lalu menunjukkan ekonomi yang mengalami penurunan. Laporan bulanan AS pada Jumat (5/5/2023) akan memberikan gambaran tentang bagaimana permintaan tenaga kerja, yang menjadi indikator dukungan utama bagi perekonomian AS.
Adanya peningkatan 180.000 daftar gaji yang dipandang sehat juga terlihat, mesiki itu akan menandai bulan ketiga berturut-turut dari perlambatan pertumbuhan lapangan kerja.
Pasar tenaga kerja yang masih kuat telah berperan penting dalam memperluas ekspansi ekonomi yang semakin merasakan tekanan dari kebijakan The Fed yang lebih ketat.
Baca Juga
Data lain yang akan disampaikan dalam jadwal termasuk lowongan pekerjaan pada Maret 2023 dan survei manajer pembelian di bulan April di bidang manufaktur dan jasa.
Di sisi lain, para Ekonom Bloomberg, Anna Wong, Stuart Paul, Eliza Winger dan Jonathan Church, menyampaikan fase selanjutnya dari siklus pengetatan adalah mempertahankan suku bunga pada level yang lebih tinggi itu, sambil mengamati apakah tren inflasi turun
“Tanda-tanda menunjukkan FOMC menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% dalam keputusan 3 Mei — meskipun terjadi gejolak dalam sistem perbankan — dan menandakan bahwa ini akan menjadi kenaikan terakhir untuk sementara waktu,” ujarnya.
Sementara itu, kenaikan suku bunga tercatat di Eropa dan Norwegia, sementara Brasil yang mempertahankan akan menjadi salah satu keputusan moneter penting lainnya yang dijadwalkan di seluruh dunia.